tag:blogger.com,1999:blog-37523866896371205012024-03-16T08:09:33.524+07:00Fiscus WannabeBlog personal dari @fiscuswannabe. Kadang ia menulis tentang pasar keuangan, kadang tentang pasar kaki lima. Kadang observasi ke lapak pemulung, kadang ke lapak PSK.Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.comBlogger667125tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-48813179698252726102023-11-20T10:50:00.003+07:002023-11-23T20:19:14.345+07:00Memang Bisa Sehiatus Itu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTRr3XbXUHigxy6FjdFO9I7kFn2eJpK6iJIhAhMQO_KOzyhgAwU8lQVtidBoHD_HSWb1ADJNqm9ydq9Jkacyor-PEXwfNd2znjSuSKYql-lZKWDugMs4gcytg6fIYKfzAOMglACU7BMq7VSkaORjO2MAPqLQGrNYdzeWnOcUVgHBb91GvdzHu8aokGmHc/s600/HIATUS%20-%20MINYAK%20SAWIT.jpg"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTRr3XbXUHigxy6FjdFO9I7kFn2eJpK6iJIhAhMQO_KOzyhgAwU8lQVtidBoHD_HSWb1ADJNqm9ydq9Jkacyor-PEXwfNd2znjSuSKYql-lZKWDugMs4gcytg6fIYKfzAOMglACU7BMq7VSkaORjO2MAPqLQGrNYdzeWnOcUVgHBb91GvdzHu8aokGmHc/s16000/HIATUS%20-%20MINYAK%20SAWIT.jpg" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;">Ketika kembali membuka blog ini, saya baru tersadar jika pada tahun 2013 ini belum ada satu pun postingan yang diunggah. Tahun lalu, saya sempat bertekad untuk kembali aktif menulis. Saat itu, saya pun menetapkan satu target: tembus Koran Kompas. Kenapa Koran Kompas? Karena Koran Kompas termasuk salah satu media cetak yang memiliki nama besar dan kredibilitas yang tidak diregukan. Dan, tidak mungkin targetnya Tempo, karena Tempo tidak menerima tulisan opini.</p><p style="text-align: justify;">Karena tahun 2022 sedang ada kisruh minyak goreng, saya pun menulis tentang isu tersebut. Saya beruntung karena pada saat itu saya punya mentor yang bisa menilai dan memberi masukan saya secara objektif. Saya lupa judul awal yang saya tulis, hanya saja mentor saya tadi memberi saran agar judulnya lebih menunjukkan keberpihakan saya atas isu ini, pro atau kontra. Karena itu, judulnya saya ubah jadi “<a href="https://www.kompas.id/baca/artikel-opini/2022/05/09/membela-biodiesel" target="_blank">Membela Biodiesel</a>”.</p><p style="text-align: justify;">Alhamdulillah, sekitar sebulan setelah saya mengirimkannya ke redaktur Koran Kompas, saya dikabari kalau opini saya akan naik cetak di tanggal 11 Mei 2022. Akhirnya, saya bisa mencapai target tulisan saya dimuat di Koran Kompas.</p><p style="text-align: justify;">Tapi, karena merasa target sudah tercapai saya jadi merasa kehilangan motivasi untuk terus konsisten menulis. Intinya, <i>sih</i>, saya menetapkan target. Seharusnya targetnya konsistensi menulis, bukan masuk media cetak. Di samping, pada saat itu isu minyak goreng juga lagi panas-panasnya. Jadi, saya pun memutuskan untuk stop dulu menulis terkait minyak sawit.</p><p style="text-align: justify;">Kita lihat saja nih, di akhir tahun ini apa masih sempat ada tulisan yang terbit lagi.</p>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-13148808183707124402022-08-10T18:08:00.001+07:002022-08-10T18:08:25.850+07:00Insentif Pajak untuk Imunitas APBN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZKKV8FIZoM2OViwEyx62CFg0Wj7O7iVC-RXoLVeHwC2nJps8nEeHmHVbdzP6l4XN07E4wAFSvBjGLgc-Qs42savs0K-nxaefWvtcE2oJITod0m57yvzhsxg0-X9L_fw0GHW5nlj4xixApRiRKgKJzK0p92dcTb7CgD1fIduhbqDrid--IEfNH_L1c/s1600/IMUNITAS%20APBN.jpg"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZKKV8FIZoM2OViwEyx62CFg0Wj7O7iVC-RXoLVeHwC2nJps8nEeHmHVbdzP6l4XN07E4wAFSvBjGLgc-Qs42savs0K-nxaefWvtcE2oJITod0m57yvzhsxg0-X9L_fw0GHW5nlj4xixApRiRKgKJzK0p92dcTb7CgD1fIduhbqDrid--IEfNH_L1c/s1600/IMUNITAS%20APBN.jpg" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;">Minggu lalu, usai rapat di Sentul, saya pulang ke rumah dengan taksi <i>online</i>. Di jalan, pengemudi bercerita tentang pekerjaan utamanya sebagai guru matematika dan pilihannya untuk tidak divaksin Covid-19. Terkait pilihannya itu ia membeberkar beribu alasan, mulai dari HAM hingga memberi kesempatan kepada warga Indonesia lainnya. Saya pun iseng melontarkan satu pertanyaan, “Tapi Bapak tidak takut jarum suntik, kan?” Ia pun hanya tertawa.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Sejatinya takut dengan jarum suntik adalah hal yang sangat manusiawi. Saya pun takut jarum suntik. Bahkan, Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan yang mantan Danjen Kopasus, pun takut jarum suntik. Prabowo, dalam beberapa kesempatan, pernah bercerita tentang ketakutannya pada jarum suntik. “Saya dulu waktu di tentara, paling takut sama dokter, takut disuntik,” kata Prabowo saat menjadi narasumber dalam seminar yang digelar Dewan Guru Besar Universitas Indonesia di Jakarta pada tahun 2018 silam.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Rasa sakit atau rasa tidak nyaman dari jarum suntik yang menembus kulit dan daging lebih konkret daripada manfaat yang kita peroleh setelah vaksinasi. Peningkatan kekebalan tubuh terhadap virus korona adalah sesuatu yang abstrak. Setelah disuntik vaksin Covid-19 kita tidak serta merta bisa mengetahui atau merasakan peningkatan imunitas. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Sama halnya dengan pajak. Ada rasa tidak nyaman ketika kita membayar pajak. Rasanya mirip dengan ketika kita disuntik. Untuk mengurangi atau menghialngkan rasa tidak nyaman tersebut, Adam Smith pernah mengemukakan asas kemudahan dalam pemungutan pajak. Asas kemudahan tersebut merupakan upaya untuk membantu warga negara agar dapat lebih mudah dalam membayarkan kewajiban pajaknya. Dalam implementasinya, pemungutan pajak dilakukan sesegera mungkin ketika wajib pajak menerima penghasilan atau melakukan pembelian.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Contoh riilnya, pajak penghasilan kita langsung dipotong dari gaji yang diterima setiap bulan. Contoh lainnya, saat membeli barang, biasanya harganya sudah termasuk pajak, baik itu hanya pajak penjualan atau adanya tambahan pajak penjualan atas barang mewah. Mungkin kita akan merasa barang yang kita beli harganya menjadi lebih mahal. Namun, justru dengan begitu kita dimudahkan untuk menghitung dan membayar pajaknya. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Bayangkan jika pajak pertambahan nilai harus dibayar setiap akhir bulan. Kita akan sangat kesulitan untuk menghitung satu per satu barang yang sudah kita beli di bulan tersebut. Belum lagi jika ternyata barang yang kita beli pada bulan tersebut cukup banyak, sehingga pajaknya juga banyak. Hal itu akan semakin memberatkan kita untuk membayar pajaknya.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Sangat manusiawi jika kita merasa enggan untuk membayar pajak. Sejumlah penghasilan kita yang harus dipotong untuk membayar pajak lebih konkret dibanding manfaat pajak yang kita rasakan. Tapi memang begitulah sifat pajak, seperti yang dikemukakan Rochmat Soemitro, bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Okelah kita bilang salah satu manfaat pajak adalah untuk membangun jalan. Namun, bagaimana cara kita menelusuri uang pajak yang kita bayar bisa untuk mendanai pembangunan jalan umum yang dibangun di depan rumah kita? Jangan-jangan pembangunan jalan itu menggunakan pajak yang dibayar saudara kita di Padang, misalnya. Sementara, bisa jadi uang pajak yang kita bayar justru digunakan untuk membangun Puskesma di Atambua. Tidak ada wajib pajak yang tahu ke mana uang pajaknya akan mengalir. Yang bisa kita tahu adalah uang pajak kita, secara kolektif, digunakan untuk apa. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Itu baru salah satu fungsi pajak, yaitu yaitu fungsi anggaran (budgetair). Pajak masih memiliki satu fungsi lagi, yaitu fugsi pengaturan (regulerend). Fungsi regulerend adalah fungsi pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Dengan kata lain, pajak berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, semisal menarik investor, melindungi produksi dalam negeri, dan mengatur konsumsi. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Di masa Pandemi Covid-19, pemerintah banyak meberi insentif pajak sebagai relaksasi untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Hingga bulan Juni 2022 saja, pemerintah memberi insentif PPh Pasal 22 impor dan angsuran PPh Pasal 25.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Insentif PPh Pasal 22 impor berupa pembebasan pemungutan kepada wajib pajak yang memiliki kode klasifikasi lapangan usaha sesuai ketentuan sebagai penerima keringanan. Terdapat 72 klasifikasi lapangan usaha yang dapat memperoleh insentif PPh Pasal 22 impor. Sementara itu, terhadap angsuran PPh Pasal 25, pemerintah memberi insentif kepada wajib pajak yang memiliki kode klasifikasi lapangan usaha sesuai penerima keringanan. Wajib pajak yang memenuhi kriteria tersebut dapat memperoleh pengurangan angsuran 50 persen.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Insentif pajak diberikan karena pungutan pajak yang terlampau tinggi di saat kondisi perekonomian sedang menurun akan mengganggu pemulihan ekonomi. Karena sejatinya, pemungutan pajak tidak boleh merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat laju usaha, terutama UMKM. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Insentif pajak, dalam jangka pendek, bisa jadi malah membuat pemerintah melakukan efisiensi atau mengurangi pos-pos belanjanya. APBN bisa ngilu karenanya. Rasanya seperti saat disuntik vaksin Covid-19. Akan tetapi, pada saat yang sama, pemerintah sedang meningkatkan iminutas APBN untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi.</div>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-91181531370701940922022-03-12T08:47:00.000+07:002022-03-12T08:47:00.009+07:00Akhirnya, Isolasi Mandiri<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEg_NSQvhJItzyZGpIYQOrlbU1mV1Kh2L0nPwlmegfNvKqZrUwmIcRl42J93iOuVpyuQbShkIQSK10x2JmXKB6wn8ZdxUKFVuZMQ8LnjvKJSZ_g6fTSLh8eae6orT47-rCVHzX5spbjEr6IexL4Nx0dGfiEMMC0MV-8_ecLTb6sf03kVe96SNcdzUtzY=s600"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEg_NSQvhJItzyZGpIYQOrlbU1mV1Kh2L0nPwlmegfNvKqZrUwmIcRl42J93iOuVpyuQbShkIQSK10x2JmXKB6wn8ZdxUKFVuZMQ8LnjvKJSZ_g6fTSLh8eae6orT47-rCVHzX5spbjEr6IexL4Nx0dGfiEMMC0MV-8_ecLTb6sf03kVe96SNcdzUtzY=s16000" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;">Setelah dua rekan guru terinfeksi Covid-19 di tanggal 30 Januari 2021, maka kami yang sedang menjenguk Uti dan Kakung di Semarang pun langsung pulang ke Jakarta guna mengondusifkan situasi dan kondisi sekolah, meski masih rindu dan baru sekejap. Khawatir sangat dirasakan, bukan hanya khawatir saya dan Jagoan yang memiliki kontak erat, namun kami juga mengkhawatirkan kami positif kemudian menularkan Uti dan Kakung yang lansia dan komorbid. Namun, alhamdulillah hasil tes <i>swab</i> antigen beberapa jam sebelum pulang ke Jakarta memiliki hasil negatif. </div><p></p><div style="text-align: justify;">Kami pulang dengan terburu-buru, bebenah secepatnya, rapat dengan warga sekolah seefektifnya, dan tes <i>swab</i> sesegaranya serta pulang dengan berdoa semoga semua baik-baik saja. Senin pagi, yang harusnya sudah pembelajaran tatap muka terbatas menjadi pembelajaran jarak jauh. Semua anggota sekolah yang memiliki kontak erat di-<i>screening</i> dengan tes <i>swab</i> antigen oleh sekolah, guna mengetahui penyebaran penularan, meski nanti akan di-PCR oleh Puskesmas. Namun, mengetahui penyebaran penularan sedini mungkin, akan lebih baik daripada menunggu Puskemas yang mereka pasti juga disibukkan PCR di sekolah-sekolah lain, ketika Omicron sedang marak.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Meski hasil tes <i>swab </i>pada hari Senin menunjukkan semua anggota sekolah adalah negatif, namun kami tetap melakukan PCR yang diadakan oleh pihak Puskesmas pada tanggal 3 Februari 2021, berbarengan dengan saya dan operator pelatihan digitalisasi sekolah. Hilir mudik agar keduanya dapat berjalan dengan baik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jagoan pun ikut di-PCR, namun jagoan tidak bersama saya yang datang terlebih dahulu ke sekolah. Ia diantar dan dijemput Abah yang menunggu di taman, dan saya yang mendampingi proses PCR-nya. Hebohnya jagoan dalam PCR, sampai harus didampingi oleh dua orang, saya dan guru PJOK-nya. Ketika jagoan sudah pulang, tes PCR juga hampir selesai hanya menunggu pihak eksternal sekolah yang juga akan PCR di sekolah, saya mulai menyiapkan diri untuk mengikuti pelatihan digitalisasi sekolah di ruangan saya. Tiba-tiba notifikasi WhatsApp dari Abah muncul bertuliskan "Aku positif". Dueeenggg... Kok bisa? Padahal Abah yang di rumah terus, tidak ikut pulang menjenguk Uti dan Kakung. Dia juga yang paling taat prokes di antara kami.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kaget dan panik jadi satu. Saya telepon Abah. Ia baik-baik saja dan belum masuk rumah khawatir menularkan. Saya tinggalkan sekolah guna menjemput anak-anak serta Teteh untuk mengungsi. Kami semua PCR guna mengetahui kami positif atau tidak saat ini. Namun akhirnya kami swab juga agar kami bisa mengetahui secepat mungkin sebelum menularkan anggota keluarga Ibu dan Ayah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hasilnya? Akhirnya, keluarga kami mendapatkan giliran juga. Sebagian dari kami terinfeksi Covid-19, Abah, Mbul, dan Teteh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bersambung …</div>Ambuhttp://www.blogger.com/profile/04750848312555690372noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-83054716478156747252022-03-10T23:31:00.002+07:002022-03-10T23:36:12.963+07:00Trekking Bareng Keluarga<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhjQqffXoKeB2MPdXxQx6unQhbOsQ2o5Y9XA8m0AoBF4rbeh2KWtH-5MS9d7XwkTVp2Vt8qfhrxE4wWm7YXqZHy-tGOAQni1eUYLuSY4wfYDSk0sa1O-Crghb64QHHC6SZq7nyHXGo1Q37A6QIJXlinEgiZGAwx6l2g49yOLAiLXweIfbCf0a5eRosV=s600"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhjQqffXoKeB2MPdXxQx6unQhbOsQ2o5Y9XA8m0AoBF4rbeh2KWtH-5MS9d7XwkTVp2Vt8qfhrxE4wWm7YXqZHy-tGOAQni1eUYLuSY4wfYDSk0sa1O-Crghb64QHHC6SZq7nyHXGo1Q37A6QIJXlinEgiZGAwx6l2g49yOLAiLXweIfbCf0a5eRosV=s16000" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><i>Trekking </i>ke Gunung Tangkuban Parahu sudah jadi agenda rutin jelang tujuh belasan semasa putih-abu. Sepertinya sudah sering saya bercerita tentang itu. Lama-lama pengen juga naik gunung beneran, berkemah di puncak gunung. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pas sudah punya gaji sendiri barulang kebeli peralatan naik gunung yang mumpuni: sepatu, kerir, dan pakaian. Sayangnya, baru sekali dipakai muncak saya keburu pensiun dini. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jaman kiwari <i>trekking </i>lumayan ngehits. Kalau di Jakarta yang rame di daerah Sentul. Mungkin orang-orang sudah jengah dengan Puncak yang harus macek-macetan dan drama buka tutup jalur. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya baru dua kali <i>trekking </i>di Sentul. <i>Trekking </i>pertama sepatu <i>running </i>sampai jebol. <i>Trekking </i>kedua saya pakai sepatu <i>hiking</i>, yang sudah jebol juga sebetulnya. Kelamaan disimpan di lemari. Tapi sudah lebih dulu dilem ulang dan dijahit solnya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Daripada beli sepatu baru, iya kan? Lagi pula masih cukup bagus. Terus katanya kan mau jadi <i>minimalist</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Trekking </i>pertama kami bareng keluarga. <i>Trekking </i>kedua bareng keluarga kecil dan rombongan alumni relawan Ruang Belajar. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jagoan pastinya senang banget ikut <i>trekking</i>. Apalagi pas bagian berenang di curug. Awalnya saya ga ikut nyebur, tapi kayaknya sayang aja jauh-jauh cuma nongkrong di pinggir curug. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Si Bungsu sudah berani menginjak kan kaki dan berjalan di sungai. Padahal awalnya dia masih suka geli pas menginjak pasir atau batu. Malah terakhir-terakhir enggak mau diajak naik. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Segitu dulu saja ceritanya. Jadi, kapan kita <i>trekking </i>lagi? Sekalian glamping, mungkin?</div>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-79250589226414388302021-10-02T07:03:00.005+07:002022-03-11T17:19:23.343+07:00Menang Lomba Tutur Pajak<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjT5nvexrNblmplfLkmQL3aUfzb54PbyE87Eoozzy22l7EAay-EaePNvCFLjpxN7wAIqETC6PF-ujD2zDBZV2qvrT9JJLXJyOvxiuTDRRaS8Ob1LtOsAtuGO5XOShQYlFXrkeXxgoM6WwkT59uBlvrxwtYE_RpI0DgmA-X9b0bTrxMuGXwURA6porsX=s600"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjT5nvexrNblmplfLkmQL3aUfzb54PbyE87Eoozzy22l7EAay-EaePNvCFLjpxN7wAIqETC6PF-ujD2zDBZV2qvrT9JJLXJyOvxiuTDRRaS8Ob1LtOsAtuGO5XOShQYlFXrkeXxgoM6WwkT59uBlvrxwtYE_RpI0DgmA-X9b0bTrxMuGXwURA6porsX=s600" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Pagi-pagi, usai mengisi kehadiran di e-KEMENKEU saya berselancar melihat-lihat agenda yang terpampang. Salah satu agendanya adalah Lomba Tutur Pajak. Lomba Tutur Pajak ini mengambil tema “Bersama Pajak, Atasi Pandemi, Pulihkan Ekonomi”. Lomba ini dapat diikuti oleh khalayak umum. Lomba Tutut Pajak diselenggarakan dalam rangka peningkatan kesadaran pajak dan peringatan Hari Pajak 2021.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Hari itu tanggal 16 Agustus 2021, satu hari sebelum lomba ditutup. Siangnya saya langsun mengontak nomor panitia yang ada di poster, memastikan jika saya mengumpulkan artikel sebelum tengah malam saya masih dapat mengikuti lomba.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Keesokan malamnya, saya menulis artikel yang kebudian saya kasih judul “Pajak Itu Serupa Oksigen”. Setelah saya lihat ternyata tulisan itu bisa masuk ke Subtema 2, “Dekat dengan Pajak”. Subtema ini mencakup materi peduli tentang pajak, pengalaman membayar pajak, dan pajak sebagai wujud bakti kepada negara dengan target pembaca pelajar tingkat SMP. Jadi, saya mencoba menulis tentang pajak sesederhana yang saya bisa agar dapat dipahami anak SMP.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Siang hari tanggal 25 Agustus 2021 saya mengikuti wawancara untuk seleksi Internal Job Vacancy Kementerian Keuangan. Selesai wawancara Ambu mengingatkan kalau hari ini pengumuman Lomba Tutur Pajak. Saya cek di Instagram Ditjen Pajak ternyata sudah ada pengumuman. Alhamdulillah menang peringkat 2 untuk Subtema 2.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><center><blockquote class="instagram-media" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-permalink="https://www.instagram.com/p/CS_EVBsH4fk/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" data-instgrm-version="14" style="background: rgb(255, 255, 255); border-radius: 3px; border: 0px; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.5) 0px 0px 1px 0px, rgba(0, 0, 0, 0.15) 0px 1px 10px 0px; margin: 1px; max-width: 540px; min-width: 326px; padding: 0px; width: calc(100% - 2px);"><div style="padding: 16px;"> <a href="https://www.instagram.com/p/CS_EVBsH4fk/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="background: rgb(255, 255, 255); line-height: 0; padding: 0px; text-align: center; text-decoration: none; width: 100%;" target="_blank"> <div style="align-items: center; display: flex; flex-direction: row;"> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 40px; margin-right: 14px; text-align: left; width: 40px;"></div> <div style="display: flex; flex-direction: column; flex-grow: 1; justify-content: center;"> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; margin-bottom: 6px; text-align: left; width: 100px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; text-align: left; width: 60px;"></div></div></div><div style="padding: 19% 0px; text-align: left;"></div> <div style="display: block; height: 50px; margin: 0px auto 12px; text-align: left; width: 50px;"><svg height="50px" version="1.1" viewbox="0 0 60 60" width="50px" xmlns:xlink="https://www.w3.org/1999/xlink" xmlns="https://www.w3.org/2000/svg"><g fill-rule="evenodd" fill="none" stroke-width="1" stroke="none"><g fill="#000000" transform="translate(-511.000000, -20.000000)"><g><path d="M556.869,30.41 C554.814,30.41 553.148,32.076 553.148,34.131 C553.148,36.186 554.814,37.852 556.869,37.852 C558.924,37.852 560.59,36.186 560.59,34.131 C560.59,32.076 558.924,30.41 556.869,30.41 M541,60.657 C535.114,60.657 530.342,55.887 530.342,50 C530.342,44.114 535.114,39.342 541,39.342 C546.887,39.342 551.658,44.114 551.658,50 C551.658,55.887 546.887,60.657 541,60.657 M541,33.886 C532.1,33.886 524.886,41.1 524.886,50 C524.886,58.899 532.1,66.113 541,66.113 C549.9,66.113 557.115,58.899 557.115,50 C557.115,41.1 549.9,33.886 541,33.886 M565.378,62.101 C565.244,65.022 564.756,66.606 564.346,67.663 C563.803,69.06 563.154,70.057 562.106,71.106 C561.058,72.155 560.06,72.803 558.662,73.347 C557.607,73.757 556.021,74.244 553.102,74.378 C549.944,74.521 548.997,74.552 541,74.552 C533.003,74.552 532.056,74.521 528.898,74.378 C525.979,74.244 524.393,73.757 523.338,73.347 C521.94,72.803 520.942,72.155 519.894,71.106 C518.846,70.057 518.197,69.06 517.654,67.663 C517.244,66.606 516.755,65.022 516.623,62.101 C516.479,58.943 516.448,57.996 516.448,50 C516.448,42.003 516.479,41.056 516.623,37.899 C516.755,34.978 517.244,33.391 517.654,32.338 C518.197,30.938 518.846,29.942 519.894,28.894 C520.942,27.846 521.94,27.196 523.338,26.654 C524.393,26.244 525.979,25.756 528.898,25.623 C532.057,25.479 533.004,25.448 541,25.448 C548.997,25.448 549.943,25.479 553.102,25.623 C556.021,25.756 557.607,26.244 558.662,26.654 C560.06,27.196 561.058,27.846 562.106,28.894 C563.154,29.942 563.803,30.938 564.346,32.338 C564.756,33.391 565.244,34.978 565.378,37.899 C565.522,41.056 565.552,42.003 565.552,50 C565.552,57.996 565.522,58.943 565.378,62.101 M570.82,37.631 C570.674,34.438 570.167,32.258 569.425,30.349 C568.659,28.377 567.633,26.702 565.965,25.035 C564.297,23.368 562.623,22.342 560.652,21.575 C558.743,20.834 556.562,20.326 553.369,20.18 C550.169,20.033 549.148,20 541,20 C532.853,20 531.831,20.033 528.631,20.18 C525.438,20.326 523.257,20.834 521.349,21.575 C519.376,22.342 517.703,23.368 516.035,25.035 C514.368,26.702 513.342,28.377 512.574,30.349 C511.834,32.258 511.326,34.438 511.181,37.631 C511.035,40.831 511,41.851 511,50 C511,58.147 511.035,59.17 511.181,62.369 C511.326,65.562 511.834,67.743 512.574,69.651 C513.342,71.625 514.368,73.296 516.035,74.965 C517.703,76.634 519.376,77.658 521.349,78.425 C523.257,79.167 525.438,79.673 528.631,79.82 C531.831,79.965 532.853,80.001 541,80.001 C549.148,80.001 550.169,79.965 553.369,79.82 C556.562,79.673 558.743,79.167 560.652,78.425 C562.623,77.658 564.297,76.634 565.965,74.965 C567.633,73.296 568.659,71.625 569.425,69.651 C570.167,67.743 570.674,65.562 570.82,62.369 C570.966,59.17 571,58.147 571,50 C571,41.851 570.966,40.831 570.82,37.631"></path></g></g></g></svg></div><div style="padding-top: 8px;"> <div style="color: #3897f0; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: 550; line-height: 18px; text-align: left;">View this post on Instagram</div></div><div style="padding: 12.5% 0px; text-align: left;"></div> <div style="align-items: center; display: flex; flex-direction: row; margin-bottom: 14px;"><div> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; height: 12.5px; text-align: left; transform: translateX(0px) translateY(7px); width: 12.5px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; flex-grow: 0; height: 12.5px; margin-left: 2px; margin-right: 14px; text-align: left; transform: rotate(-45deg) translateX(3px) translateY(1px); width: 12.5px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; height: 12.5px; text-align: left; transform: translateX(9px) translateY(-18px); width: 12.5px;"></div></div><div style="margin-left: 8px;"> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 20px; text-align: left; width: 20px;"></div> <div style="border-bottom: 2px solid transparent; border-left: 6px solid rgb(244, 244, 244); border-top: 2px solid transparent; height: 0px; text-align: left; transform: translateX(16px) translateY(-4px) rotate(30deg); width: 0px;"></div></div><div style="margin-left: auto;"> <div style="border-right: 8px solid transparent; border-top: 8px solid rgb(244, 244, 244); text-align: left; transform: translateY(16px); width: 0px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; flex-grow: 0; height: 12px; text-align: left; transform: translateY(-4px); width: 16px;"></div> <div style="border-left: 8px solid transparent; border-top: 8px solid rgb(244, 244, 244); height: 0px; text-align: left; transform: translateY(-4px) translateX(8px); width: 0px;"></div></div></div> <div style="display: flex; flex-direction: column; flex-grow: 1; justify-content: center; margin-bottom: 24px;"> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; margin-bottom: 6px; text-align: left; width: 224px;"></div> <div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; text-align: left; width: 144px;"></div></div></a><p style="color: #c9c8cd; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0px; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0px 7px; text-align: left; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;"><a href="https://www.instagram.com/p/CS_EVBsH4fk/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="color: #c9c8cd; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; text-decoration: none;" target="_blank">A post shared by Direktorat Jenderal Pajak (@ditjenpajakri)</a></p></div></blockquote> <script async="" src="//www.instagram.com/embed.js"></script></center></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Saya cek Youtube ternyata pagi itu acara puncak Tutur Pajak 2021 sekaligus pengumuman pemenang. Saya langsung menghubingi panitia, protes karena saya tidak diundang ke acara pengumuman sedangkan pemenang yang lain diundang. Ternyata chat WhatsApp pemberitahuan dari panitia hanya centang satu. Anehnya chat yang lain bisa centang dua. Mungkin semesta tidak merestui saya untuk riya di acara pengumuman pemenang itu.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Di tanggal 7 September, akhirnya saya menerima plakat yang dikirim panitia. Sayangnya logo Tutur Pajak pada plakat itu patah. Untungnya masih bisa dilem. Keesokan harinya Jagoan yang tahu plakat itu patah sampai heran plakatnya sudah bersatu kembali. Itu saja.</div>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-11355700070535853862021-03-11T23:30:00.002+07:002021-03-11T23:30:34.158+07:00Minimalisme Digital<div class="separator" style="clear: both;"><div style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-QXnUxjvllG8/YEpDAXcDMLI/AAAAAAAAKQs/xUY_5_ZxzD8AHrsX3bWtVKJeWEVqePJtACLcBGAsYHQ/s0/MINIMALISME%2BDIGITAL.jpg"><img alt="" border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-QXnUxjvllG8/YEpDAXcDMLI/AAAAAAAAKQs/xUY_5_ZxzD8AHrsX3bWtVKJeWEVqePJtACLcBGAsYHQ/s0/MINIMALISME%2BDIGITAL.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;"><div><br /></div><div>Hari ini saya menghapus tidak kurang 29 aplikasi yang ada di ponsel. Kesemuanya itu termasuk aplikasi media sosial. Saya menghapus Facebook, LinkedIn, dan Telegram dengan hanya menyisakan YouTube juga WhatsApp dan WA Business, yang memang tidak mungkin saya hapus. Namun, saya menyenyapkan story kedua aplikasi dari grup Facebook itu.</div><div><br /></div><div>Aplikasi media sosial lainnya sudah lama saya jauhi. Instagram sudah sekitar tiga tahun saya nonaktifkan. Aplikasi Twitter tahun lalu sudah saya hapus.</div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="338" src="https://www.youtube.com/embed/vVjm9ywy5PM" width="600"></iframe></div><div><br /></div><div>Bersih-bersih aplikasi ponsel ini gara-garanya saya menemukan video Marissa Anita di atas. Dia memang sudah lama menjalani laku hidup minimalisme, sama seperti Raditya Dika. Dalam video yang berdurasi kurang dari lima menit itu, Marissa bertutur tentang minimalisme digital, yang sudah dilajaninya selama dua tahun.</div><div><br /></div><div>Menurut penulis buku Digital Minimalism, Cal Newport, minimalisme digital adalah filosofi penggunaan teknologi dimana seseorang memusatkan waktu <i>online</i>-nya hanya pada segelintir aktivitas yang telah ia pilih dengan cermat dan membawa manfaat optimal bagi dirinya. Dengan kata lain, seorang digital minimalist dengan senang hati mengabaikan semua aktivitas <i>online</i> yang tidak memberi nilai tambah bagi dirinya.</div><div><br /></div><div>Maka, setelah menonton video itu saya langsung melakukan muhasabah, mengaudit aplikasi-aplikasi yang terinstal di ponsel. Aplikasi yang sudah lama tidak dibuka dan yang sering dibuka tapi sudah tidak lagi bisa memberi faedah langsung saya hapus. Alhasil, saya menghapus 29 aplikasi. Sayangnya, ada beberapa yang hampir tidak pernah saya gunakan tapi tidak bisa saya hapus karena merupakan aplikasi bawaan atau bloatware.</div><div><br /></div><div>Sebenarnya minimalisme ini bukan hal yang baru bagi saya. Saya pernah diwarisi buku Marie Kondo: <i>The Life-Changing Magic of Tidying Up</i>. Teman saya mendapat buku itu dari teman saya yang lain. Saya pun diminta meneruskannya ke orang lain kalau sudah selesai membacanya.</div><div><br /></div><div>Praktiknya, di masa pandemi ini misalnya, saya sudah banyak menurunkan pakaian-pakaian dari lemari. Pakaian yang sering saya pakai selama pandemi tidak terlalu banyak. Celana pendek dan pakaian dalam saya cuci sendiri, jadi jumlahnya lebih sedikit daripada kaos yang mengalami perputaran di tempat laundry. Bahkan, kalau pernah bertemu saya di kantor, hampir setiap ke kantor saya selalu mengenakan pakaian yang itu-itu saja.</div><div><br /></div><div>Untuk barang-barang di rumah saya tidak bisa mengatur sendiri. Saya tidak memaksa isteri dan anak-anak untuk minimalis. Jadi untuk hal ini saya harus berkompromi.</div><div><br /></div><div>Soal minimalisme digital tadi, saya akan sebulan lagi. Mana yang perlu saya install kembali dan mana yang perlu saya hapus juga. Kalau kata Marissa karena udah lama ga akses, jadi ga terlalu kecanduan dengan media sosial. Kita lihat saja nanti. Tapi saya juga masih punya pekerjaan rumah, yaitu pamitan dari beberapa grup WahtsApp.</div></div></div>
Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-66774035881475457842021-02-25T12:08:00.002+07:002021-02-25T12:08:29.900+07:00Seperti Dendam, Pajak Digital Harus Dibayar Tuntas<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/--U_gg2H1WVY/YDcvGkKxVrI/AAAAAAAAKQA/foSqPkaY4JI8XNTZECXpkKxdSSzZH9mhwCLcBGAsYHQ/s600/SEPERTI%2BDENDAM%2BPAJAK%2BHARUS%2BDIBAYAR%2BTUNTAS.jpg"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/--U_gg2H1WVY/YDcvGkKxVrI/AAAAAAAAKQA/foSqPkaY4JI8XNTZECXpkKxdSSzZH9mhwCLcBGAsYHQ/s16000/SEPERTI%2BDENDAM%2BPAJAK%2BHARUS%2BDIBAYAR%2BTUNTAS.jpg" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;">Saya orang Sunda, dan saya amat kesal kalau ada yang bilang saya tidak bisa melafalkan huruf “F” dengan pasih. Saya merasa dipitnah dengan keji. Perasaan yang sama yang juga dirasakan tetangga saya. Mereka adalah para kambing berbulu hitam. Seumur hidup, mereka mendapat label sebagai dalang pembikin onar. Pelabelan serupa ini juga berlaku untuk pajak.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mendengar kata “pajak” sel-sel saraf dalam otak mendapat rangsangan untuk memikirkan prasangka-prasangka buruk. Itulah kenapa banyak orang yang baru-baru ini gagal paham soal pajak pajak pulsa, kartu perdana, token, dan voucer.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kegagalan paham ini bermula ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani meneken aturan tentang penghitungan dan pemungutan pajak terkait penjualan pulsa, kartu perdana, token, dan voucer. Mendengarnya, banyak orang yang langsung menyimpulkan bahwa sebagai konsumen akhir mereka harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membayar pulsa telepon atau token listrik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Padahal, aturan baru ini didesain untuk menambal bolong aturan pajak digital berupa pajak berganda. Pajak yang dua kali kita bayar padahal objeknya sama. Tapi bukan itu yang akan kita bicarakan saat ini. Menurut saya, ada hal lain terkait pajak digital yang lebih krusial untuk dipelototi. Jadi, tidak usah lagi kita buang-buang energi memprotes pajak pulsa atau pajak token listrik yang cuma pepesan kosong.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ayo kita mundur setahun ke belakang, ketika COVID-19 mulai merebak. Di sana kita akan menemukan pemerintah yang sedang dipaksa memeras otak, menggali lebih dalam sumber penerimaan negara. Salah satu yang sudah digali pemerintah adalah perluasan basis PPN digital.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam Perpu Nomor 1 tahun 2020, yang sudah direstui DPR menjadi undang-undang, diatur pengenaan PPN dalam kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan e-commerce luar negeri. Namun, menurut pengamatan saya, masih ada bolong dalam pengaturan PPN digital tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada hakikatnya PPN menganut prinsip destinasi. Itulah kenapa petugas bea dan cukai di bandara akan memeriksa barang bawaan penumpang yang tiba dari luar negeri. Penumpang yang kedapatan membawa barang yang baru dibeli di luar negeri akan diminta membayar pajak. Sengaja atau tidak, penumpang tersebut telah melakukan kegiatan impor barang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Prinsip destinasi berarti pajak dikenakan di mana barang atau jasa dikonsumsi. Turis asing yang membeli barang di Indonesia untuk dibawa pulang ke negara asalnya tidak dikenai pajak. Hal yang sama berlaku resiprokatif untuk turis Indonesia yang membeli oleh-oleh di negara yang menjadi destinasi wisatanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ketika kita menggunakan jasa Google dengan beriklan di Google Ads, sebetulnya kita juga sedang melakukan kegiatan impor jasa. Karena tidak ada wujudnya, tidak ada petugas bea dan cukai yang memeriksa dan meminta membayar pajak impor. Ketiadaan petugas bea dan cukai yang perannya memaksa membayar pajak digantikan oleh Google yang ditunjuk pemerintah sebagai pemungut PPN.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kriteria pembeli barang atau penerima jasa yang wajib dipungut pajak oleh Google adalah yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di Indonesia. Selain itu, ia juga yang melakukan pembayaran menggunakan fasilitas debit, kredit, dan/atau fasilitas pembayaran lainnya yang disediakan oleh institusi di Indonesia. Kriteria lainnya adalah pembeli barang atau penerima jasa yang bertransaksi dengan menggunakan alamat internet protocol di Indonesia atau menggunakan nomor telepon dengan kode telepon negara Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dasar pengenaan pajak yang dipungut Google adalah sebesar nilai berupa uang yang dibayar oleh penerima jasa. Misal saya membayar Google Ads senilai USD100.00, PPN yang harus saya bayarkan adalah USD10.00. Asumsinya tarif Google Ads tersebut belum termasuk pajak. Tarif Google Ads berlaku global dan tidak semua negara mengenakan pajak dengan tarif yang sama. Bahkan ada yang tidak mengenakan pajak terhadapnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Penggunaan nilai transaksi sebagai dasar pengenaan pajak ini yang menurut saya tidak adil. Ketidakadilan ini bisa menimbulkan urusan-urusan yang belum tuntas setelah pajak saya dipungut Google.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Oke, mari kita ulas satu persatu. Saya ambil contoh, ada iklan saya yang tayang di pasar global. Pemanfaatan produk yang ditayangkan di iklan saya itu dilakukan di luar daerah pabean. Poster atau spanduk iklan saya dilihat oleh calon konsumen yang berkedudukan di luar negeri, di luar daerah pabean.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Semestinya, ini tidak kena pajak Indonesia. Analoginya seperti ketika saya membeli ponsel di luar negeri dan saya tidak membawanya pulang ke Indonesia. Bukankah begitu?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Misal hanya 70 persen iklan saya yang tayang di pasar lokal. Semestinya PPN yang harus saya bayarkan hanya USD7.00. Maka, atas USD3.00 yang sudah terlanjur dipungut Google tadi semestinya saya berhak atas uang kembalian berupa restitusi pajak. Ini adalah proses bisnis yang lumrah. Sama seperti hak restitusi bagi turis yang membeli barang di Indonesia untuk dibawa pulang ke negara asalnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kalau pun toh nanti USD3.00 yang sudah terlanjur saya setor bisa direstitusi, menurut saya itu tetap tidak adil karena saya harus menanggung opportunity cost. Sejumlah USD3.00 tersebut bisa saya alokasikan untuk membiayai kebutuhan saya lainnya. Mari kita bayangkan jika nominalnya dilipatgandakan, tidak sekadar USD3.00 saja. Cukup lumayan, kan?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begitu pula halnya ketika ada pelanggan Google dari luar negeri memasang iklan untuk pasar Indonesia. Atas jasa Google tersebut harus dikenai pajak. Pengenaan tersebut mengacu pengaturan bahwa pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean merupakan salah satu objek PPN.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Salah satu alasan penunjukkan perusahaan e-commerce luar negeri sebagai pemungun PPN adalah untuk menciptakan kesetaraan berusaha. Supaya tidak ada perlakuan pajak yang berbeda baik terhadap subjek maupun objek pajaknya. Hanya saya masih melihat ada yang belum tuntas dari pengaturan tersebut karena saya masih harus membayar pajak yang pada prinsipnya tidak perlu saya bayar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Padahal, seperti dendam, pajak digital harus dibayar tuntas. Jangan sampai ada urusan-urusan yang masih mengganjal di kemudian hari setelah pajak kita dipungut.</div>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-26861876341528524582021-01-10T03:01:00.001+07:002021-03-09T00:30:41.233+07:00Mogok ASI<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pduwpIDLY6A/YEZfCWV5jEI/AAAAAAAAKQk/YWf5wpSi3W4dc805Xb3PxB7jWOE7GoPhgCLcBGAsYHQ/s16000/MOGOK%2BASI.jpg"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-pduwpIDLY6A/YEZfCWV5jEI/AAAAAAAAKQk/YWf5wpSi3W4dc805Xb3PxB7jWOE7GoPhgCLcBGAsYHQ/s16000/MOGOK%2BASI.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lahir di masa pandemi COVID-19 membuat Mbul, adik Jagoan, selalu di rumah. Satu-satunya alasan Mbul keluar rumah adalah untuk imunisasi. Itu pun di rumah sakit yang kami pastikan aman untuk anak-anak. Sesuai julukannya, Mbul suka nyusu dan sekarang mulai suka makan. Tak heran beratnya sekarang sudah 9 kilogram lebih di umurnya yang baru 6 bulan. Senang, sih, tapi harus banyak energi untuk menggendong.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pernah, ada saat ketika Mbul mogok nyusu, mogok ASI. Umurnya kira-kira baru dua bulan. Tengah hari minggu di tengah September, di saat sebelumnya dia nyusu (nenen) sambil senyum-senyum sama ambunya. Namun, belum berganti hari, dia menolak ketika diberikan lagi ASI. Kami cukup kaget dan heran, tapi masih berpikir positif mungkin Mbul kenyang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Malam pun tiba, Mbul masih sama, masih mogok ASI. Begitu terus sampai hari-hari selanjutnya. ASI mulai tumpah dan terus-menerus dipompa, hingga lama-lama kelamaan tidak bisa lagi dipompa. Persediaan asi di freezer juga sudah mulai tidak ada. Ambu yang sudah panik dan sedih jadi tambah panik dan sedih. Browsing-browsing bayi mogok ASI hingga tips-tipsnya sudah dilakukan. Namun, belum membuahkan hasil. Terakhir, ambu masuk angin karena harus skin to skin di ruangan ber-AC. Mbul masih tetap mogok ASI.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lama-lama Mbul juga nolak minum susu, ia lebih suka ngeyot jari dan empeng. Maka, sudah dipastikan Mbul dan Ambu butuh ke dokter laktasi. Dokter Laktasi di KMC menjadi tujuan. Agak deg-degan juga, karena salah satu dokter laktasi KMC merupakan teman satu kelas ketika SMA. Akan menjadi aneh dalam bayangan saya jika konsuktasi lakstasi dengan teman SMA. Ternyata jadwal dokter laktasi tidak tetap, setiap minggunya jadwal bisa berubah karena mereka bekerja dalam tim. Pas hari itu kebetulan bukan teman SMA yang sedang praktik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ternyata antrenya cukup lama. Ada dua pasen sebelum Mbul. Pasien pertama baru masuk dan setiap pasien memerlukan penanganan selama kira-kira 45-60 menit. Mbul tentu rewel ketika menunggu karena lama.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Empeng jadi salah satu, stres dan tekanan kerja salah kedua, ganti sabun salah ketiga, penyebab Mbul ga mau nyusu. Pilihannya rawat inap untuk tratment skin to skin si KMC, namun harus swab dahulu dan hanya boleh ibu saja dan Mbul yang menginap, atau skin to skin di rumah tetapi dua hari lagi kembali utuk melihat perkembangannya. Jika tidak berhasil maka harus rawat inap. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ternyata skin to skin yang ambu terapkan kurang tepat sehingga tidak berhasil. Ambu dan abah pilih pilihan kedua. Mungkin lebih efektif dan terkontrol ketika rawat inap, tetapi jika belum mengetahui berapa lama akan rawat inap di saat pendemi, maka pilihan kedua cukup baik. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dokter pun sempat menyarankan untuk memberikan tindakan medis berupa prosedur frenotomi. Prosedur ini dilakukan dengan memotong frenulum bayi dengan gunting steril atau pisau bedah. Hal itu karena Mbul memiliki tongue-tie atau ankyloglossia. Tongue-tie merupakan kelainan bawaan lahir pada lidah akibat terlalu pendeknya frenulum, yaitu jaringan penghubung antara lidah dan dasar mulut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sesampai di rumah, empeng disimpan. Sabun mandi black musk The Body Shop dipertahankan. Ambu mengabarkan izin kerja untuk dua-tiga hari kepada teman-teman kerja. Hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dua-tiga hari ke depan ditunda atau dikerjakan sendiri dulu. Tentu saja abah juga ikut cuti.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kami kembali membongkar gendongan bekas Jagoan dan memilih mana yang akan dipakai untuk skin to skin. Gendongan jagoan cukup banyak dan bervariasi. Beberapa belum dipakai karena jagoan sering digendong uti pakai gendongan jarik dan gendongan soft strucuture carrier oleh ambu. Dari beberpa ajenis gebdongan, alhirnya dipilih dua jenis gendongan yakni baby wrap dan ring sling. Keduanya baru sekali-dua kali dipakai, karena agak ribet dan jagoan sering nangis dulu sebelum gendongan berhasil. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebelum menerapkan skin to skin, ambu dan abah simulasi cara penggunaan gendongan agar nyaman buat Mbul dan cepat. Setelah semuanya OK, kemudian menerapkan skin to skin yang sesuai arahan dokter karena skin to skin yang terdahulu kurang tepat sehingga tidak berhasil. Skin to skin dengan Mbul harus hampir sepanjang waktu, kecuali saat ambu ke kamar mandi. Mbul digendong menggunakan gendongan dengan mirip kangguru. Mbul rewel sepanjang hari karena pingin ngempeng dan sumuk digendong kanguru menggunkan baby wrap di siang hari. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Malam hari pertama Mbul udah mau nysu, tapi siang hari kedua Mbul ga mau. Mbul nangis sepanjang hari pingin empeng sepertinya dan lapar mungkin. Nyusu menggunakan sendok ataupun gelas ASI tetap menyusahkan ketika menangis. Malam kedua, Mbul mau nyusu tapi kendala di produksi ASI yang mulai kurang OK karena berminggu-minggu Mbul ga mau nyusu. Jadi Mbul setelah nenen sama ambu, masih disendokin susu sama Abah. Pagi hari ketiga, ambu dan abah mulai tepar, lelah, dan pingin dipijit dan dierokin serta tidur. Tapi harus tetap cari solusi mengenai Mbul mulai menysu tapi produksi Asi menurun. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah browsing-browsing lagi, disimpulkan ketika relaktasi ASI ada media yang membantu relaktasi ASI, seperti selang kecil yang diselipkan ke mulut Mbul ketika nenen. Waktu itu juga ambu cari di olshop. Mulai dari yang menggunakaan suntikan hinnga Medela Supplemental Nursing System. sedikit memang yang jual, tetapi alhamdulillah ketika dicek persedian ada dan bisa dikirim pagi itu. Cukup mahal tapi harus bagaimana lagi. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sore di hari ketiga, Mbul udah mau nyusu dengan baik meski ada selipan selang kecil. Bahagia dan haru rasanya, terbayarkan sudah lelah yang dirasakan oleh ambu dan abah.</div>Ambuhttp://www.blogger.com/profile/04750848312555690372noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-38126068114350116872020-12-03T18:16:00.004+07:002020-12-17T13:53:36.855+07:00Jika Mr. Spock Jadi PIP PNBP Semasa Pandemi<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-X0cQVQBl6L0/X8jHP697ukI/AAAAAAAAKNM/cAiuqxWHJQQV_HOdSFwJN5r-fsjpWj8egCLcBGAsYHQ/s600/SPOCK%2BPIMPINAN%2BINSTANSI%2BPENGELOLA%2BPNBP.jpg"><img alt="Mr. Spock Pimpinan Instansi Pengelola PNBP" border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-X0cQVQBl6L0/X8jHP697ukI/AAAAAAAAKNM/cAiuqxWHJQQV_HOdSFwJN5r-fsjpWj8egCLcBGAsYHQ/s16000/SPOCK%2BPIMPINAN%2BINSTANSI%2BPENGELOLA%2BPNBP.jpg" title="Mr. Spock Pimpinan Instansi Pengelola PNBP" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><div style="text-align: justify;">Mr. Spock adalah tokoh fiksi Star Trek. Ia berkarakter dingin, rasional, dan mampu berpikir tenang. Pascapensiun Spock diangkat menjadi diplomat untuk menjalin hubungan dengan bangsa Romulan. Sebagai diplomat berdarah Vulcan, Spock harus berkompromi dengan bangsa Romulan. Ia harus mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan psikologi Romulan dalam kebijakan politik luar negerinya.</div><div style="text-align: justify;"><div><br /></div><div>Bangsa Romulan pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan bangsa kita. Seperti Romulan, Indonesia pun memiliki masyarakat yang majemuk. Saya pun membayangkan jika Spock harus berhadapan dengan masyarakat Indonesia? Bagaimana Spock akan menetapkan kebijakan penanganan pandemi COVID-19?</div><div><br /></div><div>Kolom Majalah Tempo edisi 19 September 2020 memuat opini apik dari Muhammad Chatib Basri dan Syarifah Namira Fitrania yang bertajuk “Antara Mr. Spock dan Homer Simpson”. Mr. Spock adalah tokoh fiksi Star Trek yang berkarakter dingin, rasional, mampu berpikir tenang, dan selalu mengkalkulasi keputusan-keputusannya. Sementara, Homer Simpson adalah tokoh kartun The Simpson yang karakternya menjadi antitesis dari karakter Spock.</div><div><br /></div><div>Tokoh Spock dan Homer dalam kolom Majalah Tempo tersebut digunakan untuk menjelaskan <i>behavioral economics</i>. Bahwa bayangan <i>homoeconomicus</i> tidak selalu sesempurna Spock. Bahwa kadang kala kita bisa menemukan suatu kebijakan ekonomi yang tampak serampangan, tidak rasional dan tanpa kalkulasi yang matang, ibarat Homer. Behavioral economics memperhitungkan pengaruh faktor psikologi, kultural, kognitif, dan emosi dalam pengambilan keputusan.</div><div><br /></div><div>Misalnya, ada alasan politis yang dipertimbangkan pemerintah untuk tidak mengambil kebijakan <i>lockdown </i>dan menggantinya dengan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Perspektif <i>behavioral economics</i> bisa menjelaskan <i>cognitive bias </i>yang mempengaruhi pemerintah untuk menolak opsi <i>lockdown </i>tersebut.</div><div><br /></div><div>Namun, saya tidak akan lebih jauh lagi membahas mengenai <i>behavioral economics</i>. Saya menyinggung soal <i>behavioral economics </i>sekadar memberi gambaran. Saya hendak menunjukkan bahwa dalam mengambil kebijakan kita harus bisa berkompromi beragam latar sosiologis dan psikologis, bahkan bagi orang serasional Spock. </div><div><br /></div><div>Mari kita membayangkan jika Spock menjadi Kapolri semasa pandemi COVID-19. Bagaimana ia akan mengambil kebijakan-kebijakan penanganan COVID-19 pada institusi yang menjadi tanggungjawabnya? Bagaimana Spock sebagai seorang Kapolri, yang juga merupakan Pimpinan Instansi Pengelola PNBP, akan menetapkan kebijakan relaksasi PNBP?</div><div><br /></div><div>PNBP atau Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara. PNBP pada Kepolisian RI di antaranya adalah PNBP perpanjangan SIM dan STNK.</div><div><br /></div><div>Tarif PNBP perpanjangan SIM dan STNK diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2016. Tarif penerbitan perpanjangan SIM bervariasi. Untuk SIM lokal tarif perpanjangannya berkisar antara Rp30 ribu hingga Rp80 ribu. Untuk SIM Internasional tarif penerbitan perpanjangannya Rp225 ribu. Pengujian untuk penerbitan SIM baru tarifnya lebih tinggi lagi atau sekitar 150 persen dari tarif perpanjangan. Sementara, tarif penerbitan STNK, baik baru maupun perpanjangan, adalah Rp100 ribu untuk roda dua dan roda tiga serta Rp200 ribu untuk roda empat atau lebih.</div><div><br /></div><div>Semasa pandemi, Kepala Kepolisian RI sebagai Pimpinan Instansi Pengelola PNBP menjalankan kebijakan relaksasi berupa penundaan pembayaran kewajiban PNBP yang timbul akibat perpanjangan SIM dan/atau STNK. Ini adalah bentuk insentif PNBP pada Kepolisian RI untuk membantu meringankan beban masyarakat.</div><div><br /></div><div>Istilah insentif PNBP sebenarnya tidak dikenal secara spesifik dalam regulasi di bidang PNBP. Namun, bukan berarti PNBP menihilkan substansi pengaturan insentif. Regulasi di bidang PNBP memiliki berbagai kebijakan pengaturan yang mendukung pemberian pengaturan jatuh tempo pembayaran yang memberikan kemudahan bagi Wajib Bayar, pemberian keringanan PNBP kepada Wajib Bayar, serta pengenaan tarif sampai dengan Rp0 atau 0 persen.</div><div><br /></div><div>Pada mulanya, relaksasi diberikan pada Wajib Bayar pemilik SIM dan/atau STNK yang masa berlakunya habis dalam kurun 17 Maret 2020 hingga 29 Mei 2020. Para Wajib Bayar tersebut diperkenankan melakukan perpanjangan SIM dan/atau STNK setelah 29 Juni 2020 tanpa dikenai denda keterlambatan pembayaran STNK atau tanpa perlu mengurus SIM baru. Dalam keadaan normal, jika SIM tidak diperpanjang setelah lewat masa berlaku, kita tidak bisa lagi memperpanjangnya dan harus membuat SIM baru.</div><div><br /></div><div>Jangka waktu tersebut sempat ditangguhkan demi menghindari potensi kerumunan massa dan untuk mengantisipasi pencegahan penyebaran COVID-19. Dispensasi perpanjangan SIM diperpanjang sampai dengan 31 Juli 2020. Perpanjangan ini hanya berlaku untuk sembilan Polda di seluruh Indonesia.</div><div><br /></div><div>Khusus untuk Polda Metro Jaya, dispensasi perpanjangan SIM diberikan sampai dengan 31 Agustus 2020. Kepolisian RI menyebut nilai PNBP yang ditangguhkan adalah Rp97 miliar. Nilai tersebut adalah nominal PNBP yang ditangguhkan. Tidak terinci berapa nilai PNBP yang ditangguhkan satu bulan, dua bulan, dan seterusnya.</div><div><br /></div><div><div>Secara teoretis, idealnya, perhitungan besaran relaksasi PNBP mengacu pada <i>revenue forgone approach</i>. <i>Revenue forgone approach </i>yaitu pendekatan yang menghitung selisih antara PNBP yang dibayar oleh Wajib Bayar ketika mendapat relaksasi atau insentif dengan PNBP yang dibayar oleh Wajib Bayar ketika tidak mendapat relaksasi atau insentif. Pendekatan ini menghitung potensi PNBP yang hilang sebagai <i>opportunity cost </i>dari kebijakan relaksasi PNBP yang dipilih pemerintah.</div><div><br /></div><div>Jika Spock jadi Pimpinan IP PNBP saya yakin ia akan lebih dulu menghitung <i>opportunity cost </i>tersebut sebagai bagian dari <i>cost-benefit analysis </i>sebelum menetapkan opsi relaksasi PNBP. Namun, di masa pandemi butuh keputusan yang cepat untuk menangkal dampak COVID-19. Di sisi lain, informasi dan data yang kita punya pun masih jauh dari kata mumpuni. Meski begitu, menurut saya, sebagai seorang diplomat Spock akan tetap menetapkan relaksasi PNBP. Hal tersebut dikarenakan selain misi ekonomi, relaksasi PNBP juga membawa misi politik.</div><div><br /></div><div>Dengan tarif yang masih di kisaran Rp100 ribu, jika tidak ada relaksasi pun sanksi denda administratif sebesar 2 persen per bulan atas keterlambatan perpanjangan STNK masih relatif terjangkau. Karena itu, alasan relaksasi ini lebih bersifat politis untuk menenangkan masyarakat. Dengan adanya relaksasi minimal masyarakat merasa ada kehadiran dan perhatian dari pemerintah. Di tengah pandemi ini pemerintah tidak tinggal diam. Kebijakan ekonomi dalam PEN akan sia-sia jika tidak disokong dari sisi politik dan keamanan kondusif.</div><div><br /></div><div>Seperti di masa kecil saya, tiap kali lebaran saya senang mendapat angpao lebaran dari kerabat. Saya akan bertanya-tanya ketika ada kerabat yang luput memberi angpao lebaran. Spock paham soal ini. Karena itu, meski kalkulasi matematisnya belum sempurna, saya kira, jika ia jadi Pimpinan IP PNBP ia pun akan menetapkan kebijakan relaksasi ini sebagai kebijakan politis. Spock tidak sedang berubah menjadi Homer. Spock hanya sedang berkompromi dengan pemikiran-pemikiran politiknya sebagai seorang diplomat PNBP.</div></div></div>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-49370605841112802062020-09-23T00:33:00.002+07:002020-09-23T00:33:59.595+07:00Tholabul 'Ilmi Selagi Pandemi<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-hX8x8Yop6tU/X2ozxZEcrNI/AAAAAAAAKL4/cQhqkAsbf_Yqy_1k3eW1wy73wAdQaKFewCLcBGAsYHQ/s600/Tholabul%2B%2527Ilmi%2BSelagi%2BPandemi.jpg"><img alt="Webinar Selagi Pandemi" border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-hX8x8Yop6tU/X2ozxZEcrNI/AAAAAAAAKL4/cQhqkAsbf_Yqy_1k3eW1wy73wAdQaKFewCLcBGAsYHQ/s16000/Tholabul%2B%2527Ilmi%2BSelagi%2BPandemi.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Medio Maret lalu WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global. Dua hari berselang, presiden Indonesia membentuk gugus tugas penanganan COVID-19. Satu purnama kemudian gubernur DKI Jakarta memulai PSBB. Enam bulan kemudian, hari ini tepatnya, kita sudah terbiasa melakukan segala aktivitas dari rumah, bekerja dari rumah, belanja dari rumah, sekolah pun dari rumah. Satu hal yang belum: potong rambut di rumah. Selama PSBB saya belum pernah potong rambut.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Senyatanya imbas buruk PSBB adalah perlambatan ekonomi. Ekonomi Indonesia triwulan II-2020 merosot tajam hingga mencapai minus 5,32 persen <i>(y-on-y)</i>. Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami penurunan minus 30,84 persen, paling tinggi dari sisi produksi. PSBB sangat berpengaruh pada sektor transportasi. Perjalanan komuter berangkat dan pulang kantor jelas berkurang. Perjalanan dinas ke luar kota atau luar negeri pun tak jauh berbeda.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Di balik melambatnya mobilitas penduduk ada banyak waktu yang dihemat. Waktu yang biasanya dihabiskan untuk berangkat dan pulang kantor kini dapat digunakan untuk aktivitas lain. Minimal untuk sekadar rebahan di rumah. Di masa normal sebelum pandemi, saya menghabiskan minimal dua jam untuk perjalanan berangkat dan pulang kantor. Saat ini, hanya sekitar sebulan sekali saya pergi ke kantor. Artinya ada sekitar 38 jam waktu yang saya hemat. </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Waktu 38 jam tersebut belum termasuk waktu yang biasanya saya habiskan untuk berpindah dari satu rapat ke rapat lainnya. Di masa pandemi hampir semua rapat diselenggarakan secara virtual melalui <i>video conference</i>. Seminar pun banyak diselenggarakan secara daring. Webinar istilah kerennya. Hampir setiap hari selalu ada saja webinar yang diselenggarakan. Kadang malah waktunya bertabrakan. Kita pun dipaksa untuk memilih salah satu. Dari semua webinar itu ada yang gratis ada pula yang berbayar. Hampir semua bidang keilmuan ada webinarnya, mulai dari ekonomi dan kebijakan publik hingga fotografi dan seni kontemporer.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Kursus atau pelatihan pun banyak yang diselenggarakan secara daring. Kemenkeu Learning Center merupakan salah satu platform lokal yang menyediakan kursus gratis yang tak terbatas. Belum lagi platform luar negeri seperti Coursera, edX, LinkedIn Learning, dan masih banyak lagi. Cukup bermodalkan tekad untuk belajar dan sejumlah kuota internet, kita sudah bisa mendapatkan kursus-kursus berkualitas.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Saya pun teringat pesan kepala bagian di kantor pertama saya. Waktu itu ia mengingatkan saya, yang baru memulai karir sebagai abdi negara, untuk senantiasa mengembangkan diri. Saya masuk kerja tahun 2012, masa ketika semua hal bisa kita pelajari dari internet. Berbeda dengan masa ketika kepala bagian saya itu masuk kerja. Banyaknya webinar dan kursus di masa pandemi, karena itu, adalah kesempatan yang baik untuk kita dapat mengembangkan diri, utamanya sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN). </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Saya ingat betul pada September 2012, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) mempresentasikan Rancangan Undang-undang Aparatur Sipil Negara (UU ASN). Setidaknya, ada enam belas permasalahan PNS yang dipaparkan oleh Menpan-RB kala itu. Salah satunya adalah fakta bahwa <a href="https://www.fiscuswannabe.web.id/2012/11/PMK148.html" target="_blank">9 dari 10 PNS tidak dapat mengembangkan diri</a>.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">UU ASN kemudian ditetapkan pada tahun 2014. Tentu saja ada maksud di balik perubahan nomenklatur PNS menjadi ASN. Jenis jabatan ASN berbeda jauh dengan jabatan PNS, entah itu dari segi istilah maupun fungsi pokoknya. Dalam UU ASN, ASN terdiri dari PNS dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Jabatan ASN terdiri dari jabatan administrasi, jabatan fungsional, dan jabatan pimpinan tinggi. Jabatan administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Jabatan fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang mendasar pada keahlian dan keterampilan tertentu. Sementara, jabatan pimpinan tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintahan.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Kinerja pemangku jabatan fungsional direpresentasikan dalam bentuk Angka Kredit (AK). AK yang sudah ditetapkan dalam bentuk Penetapan Angka Kredit (PAK) dapat digunakan untuk pembinaan karier seorang ASN apabila. PAK adalah hasil penilaian berdasarkan angka kredit untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional. Tentu saja, kian tinggi pangkat dan jabatannya, kian tinggi pula kompensasi finansial yang ia dapat. </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Unsur yang digunakan dalam PAK meliputi unsur utama dan unsur penunjang. Selain melakukan tugas utama sebagai pejabat fungsional, seperti mengaudit, menganalisis, mengajar, atau meneliti, seorang pejabat fungsional juga memiliki kewajiban untuk melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitasnya. Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, secara bertahap, dan berkelanjutan.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Jenis-jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dapat dinilai angka kreditnya adalah pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Setiap jenis pengembangan keprofesian berkelanjutan tersebut kemudian dalam penilaian untuk kenaikan jabatan digolongkan menjadi beberapa subunsur. Besaran angka kredit minimal setiap subunsur bergantung pada jabatan yang ingin diraih.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Seminar dan pelatihan atau kursus merupakan bagian dari subunsur pengembangan diri. Selagi pandemi ini sangat mudah bagi pejabat fungsional untuk mendapatkan AK dari mengikuti webinar dan/atau kursus daring dengan syarat temanya harus terkait dengan tugas utama dan ada setifikat. Hal itu pulalah yang memunculkan selentingan stigma negatif terhadap pejabat fungsional yang getol <i>tholabul 'ilmi </i>atau menuntut ilmu dari webinar. </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Akibatnya, sejumlah pejabat fungsional mulai enggan mengikuti webinar. Mereka enggan dicap sebagai pemburu webinar untuk sekadar mengejar AK. Padahal, di luar kepentingan untuk mendapatkan AK, seperti kata Abraham Maslow, pengembangan diri adalah upaya yang dilakukan individu untuk memenuhi segala kebutuhannya terhadap aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah puncak kebutuhan manusia dalam piramida yang dibuat Maslow. Ini berbahaya dan sangat merugikan, karena di saat pintu ilmu terbuka lebar orang-orang malah pergi menjauh darinya.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Kita anggap saja stigma tersebut sebagai kritik terhadap proses PAK yang selama ini dijalankan. Solusinya, kita bisa memilih metode kualitatif atau kuantitatif dalam proses PAK ini, atau bahkan kita bisa menggabungkan keduanya. Dengan metode kualitatif, kita bisa menilai sejauh mana webinar atau kursus daring tersebut dapat menunjang tugas utama pejabat fungsional yang bersangkutan. Pun sejauh mana pemahaman yang didapat pejabat pejabat fungsional tersebut dari webinar atau kursus daring yang diikutinya. Tentu saja metode ini sangat bergantung pada penilaian pejabat yang berwenang dalam PAK.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Sementara, dengan metode kuantitatif kita bisa membatasi jumlah maksimal AK yang bisa diklaim seorang pejabat fungsional setiap tahunnya. Hanya saja, saya pun tidak begitu menyukai metode kuantitatif ini karena bisa memicu McNamara Fallacy. McNamara Fallacy berasal dari nama Robert McNamara, Menteri Pertahanan AS pada masa Perang Vietnam. McNamara dikenal sangat terobsesi untuk mengambil keputusan dengan hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan kuantitatif. Pada akhirnya sejarah mencatat kekalahan AS dalam Perang Vietnam. Karena itu, dalam permasalahan ini menurut saya solusinya lebih baik menggunakan metode kualitatif atau perpaduan antara kualitatif dan kuantitatif.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Selagi pandemi ini pintu ilmu pengetahuan telah terbuka selebar-lebarnya. Kita, karena itu, janganlah malah menutup diri, apalagi hanya karena selentingan atau stigma negatif. Ingatlah bahwa <i>tholabul 'ilmi</i> hukumnya wajib bagi setiap umat manusia entah itu di masa normal maupun kenormalan baru.</div></div>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-63708260947195158802020-09-21T01:03:00.002+07:002020-09-23T00:03:48.289+07:00Jemput Bola<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-QSKZ3wweCZI/X2eYIIu_F0I/AAAAAAAAKLs/D7q8OXQ1khc8Dq5iU-bzjk_RKOwBzWLWQCLcBGAsYHQ/s600/JEMPUT%2BBOLA.jpg"><img alt="Jemput Bola" border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-QSKZ3wweCZI/X2eYIIu_F0I/AAAAAAAAKLs/D7q8OXQ1khc8Dq5iU-bzjk_RKOwBzWLWQCLcBGAsYHQ/s16000/JEMPUT%2BBOLA.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both;">Jemput bola adalah strategi dalam permainan sepakbola ketika seorang <i>striker</i> harus mundur ke belakang untuk menjemput bola kemudian menggiring dan menjebloskannya ke gawang lawan. Dalam strategi ini, <i>striker</i> tidak hanya menunggu umpan matang di depan gawang lawan. Pastinya strategi ini lebih melelahkan, tapi bisa efektif untuk tim yang harus mencetak gol dengan cepat. </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Jemput bola, itu pula arahan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam kesempatan Town Hall Meeting Kementerian Keuangan pada tanggal 19 Agustus lalu. Dalam situasi sosial dan ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja ini bos Kementerian Keuangan itu mengajak seluruh jajaran Kementerian keuangan untuk meningkatkan determinasi. Utamanya untuk menyokong program Pemulihan Ekonomi Nasional. </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Jemput bola, adalah frasa dalam judul opini yang saya kirim di akhir bulan Juli untuk Buletin Inti PNBP. Idenya ada dua, yang merupakan tantangan utama belanja PNBP dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional. </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Tantangan pertama ada perbaikan data. Data-data dari Wajib Bayar atau Instansi Pengelola PNBP yang menjadi dasar perhitungan belanja PNBP mungkin belumlah sempurna, tapi itu adalah data terbaik yang ada saat ini, karena tidak ada negara yang siap menghadapi pandemi COVID-19. Dari relaksasi PNBP jasa transportasi dan jasa kepolisian di atas misalnya, yang tercantum adalah angka total PNBP yang jatuh temponya ditunda. </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Jika mengacu pada <i>revenue forgone approach</i>, yang dihitung sebagai belanja PNBP adalah total denda yang dihapuskan, karena penundaan jatuh tempo adalah nama lain dari penghapusan denda. Angka total denda yang dihapuskan tersebut adalah selisih antara PNBP yang harus dibayar oleh Wajib Bayar ketika mendapat relaksasi dengan PNBP yang harus dibayar oleh Wajib Bayar ketika tidak mendapat relaksasi.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Tantangan kedua adalah percepatan pemberian relaksasi atau insentif. Program PEN harus dilakukan secepat mungkin untuk mengerek perekonomian sebelum kian merosot. Tantangannya adalah Kementerian Keuangan harus bisa menjemput bola belanja PNBP, tidak hanya duduk menunggu usulan dari Wajib Bayar atau Instansi pengelola PNBP, terutama untuk pemberian insentif yang merupakan kewenangan Menteri Keuangan. </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Kementerian Keuangan harus melakukan <i>rapid test</i>, bahkan bila perlu PCR <i>swab </i>terhadap semua sektor. Kemudian, jika terdapat sektor yang ditengarai terjangkit COVID-19, Kementerian Keuangan bisa segera berkoordinasi dengan Instansi Pengelola PNBP terkait untuk lekas bertindak mengurangi peradangan ekonomi akibat pandemi COVID-19, entah itu relaksasi, entah itu insentif PNBP, yang sejalan dengan program PEN.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Tulisan lengkapnya bisa dibaca di <a href="http://www.anggaran.kemenkeu.go.id/assets/FTPPortal/Peraturan/Warta%20Anggaran/Buletin%20Inti%20PNBP%20-%20Edisi%202%20Tahun%202020.pdf" target="_blank">Buletin Inti PNBP edisi September 2020</a>.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Saya harus menyampaikan sanggahan bahwa saya menyarankan Kementerian Keuangan melakukan <i>rapid test</i> terhadap semua sektor ekonomi sebelum saya tahu bahwa rapid test ternyata tidak dapat diandalkan untuk diagnosis COVID-19. Itulah memang risiko menulis di media cetak, tidak bisa direvisi sewaktu-waktu seperti tulisan di blog. Ini adalah opini pertama saya di media cetak. Sebelumnya saya merasa tidak percaya diri untuk menulis di media cetak. </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Saya rasa sudah saatnya saya mulai memberanikan diri. Toh namanya juga opini, tidak ada salah atau benarnya. Seperti nasihat kakak kelas saya di SMA, tiap orang pasti punya opini terhadap satu topik tertentu, hanya saja ada yang berani mengutarakan ada yang tidak. </div></div>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-16065578085062185172020-08-15T02:42:00.000+07:002020-08-15T02:42:22.045+07:00Kahitna<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-DXr08-NegCQ/Xzbnad9hcAI/AAAAAAAAKKQ/o_E596Czu70jTl2PEVgeozutK6KAPTRrACLcBGAsYHQ/s1600/KONSER%2BLOVE%2BSTORY%2BKAHITNA.jpg"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-DXr08-NegCQ/Xzbnad9hcAI/AAAAAAAAKKQ/o_E596Czu70jTl2PEVgeozutK6KAPTRrACLcBGAsYHQ/s1600/KONSER%2BLOVE%2BSTORY%2BKAHITNA.jpg" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
“Cantik”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Apa?!”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ingin rasa hati berbisik ...”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah teriakan kaum hawa menanggapi lagu yang sedang dibawakan idolanya di atas panggung. Faktanya, para lelaki yang datang ke konser Kahitna, sebagian besar, adalah untuk menemani pasangannya. Hari itu tanggal 22 September 2019 Abah pun datang ke Waterbom Pantai Indah Kapuk untuk menemani Ambu. Karena, bahkan Abah hanya familiar dengan dua atau tiga lagu Kahitna saja. Itu pun yang sering Abah dengan di radio. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiket konser waktu itu merupakan hadiah ulang tahun perkawinan untuk Ambu. Ambu memang penggemar Kahitna. Selera musik Abah dan Ambu memang berbeda, tapi itulah yang membuat kami bisa saling mengisi. Tolong yang merasa mual ditahan dulu ya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 2015 juga sebenarnya kami pernah mengantongi tiket JGTC. Agak nekat sebetulnya karena ketika itu Ambu sedang mengandung Jagoan. Pada akhirnya kami memang batal datang ke JGTC karena harus <a href="http://0.0.7.222/12/PINDAH.html" target="_blank">pindah kontrakan</a>. Pasalnya kontrakan kami di Jagakarsa Flat pencahayaan dan sirkulasi udaranya kurang baik. Akibatnya kamar belakang berjamur. Padahal kan lagi hamil. Padahalnya lagi kami baru pindah ke sana karena masalah <a href="http://0.0.7.222/11/TOKSOPLASMA.html" target="_blank">kucing tetangga</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Jagoan lahir praktis kami tidak bisa keluyuran malam-malam. Tahun ini apalagi, Covid-19. Bungsu juga baru lahir. Jadinya di rumah saja. Tidak ada perayaan, hanya peringatan untuk mengingat kalau kami pernah berjanji untuk hidup bersama tepat di Hari Pramuka enam tahun lalu. Karena itu, bagi saya tepuk Pramuka ibarat atribut resmi peringatan hari perkawinan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selamat ulang tahun perkawinan, Ambu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Prok prok prok, prok prok prok, prok prok prok prok prok prok prok!</div>
Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-6012414667511252262020-08-13T02:48:00.000+07:002020-08-13T07:18:49.774+07:00Pahlawan Berkuda Jingkrak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-qAH01pkqm0o/XzRG2NEqyEI/AAAAAAAAKKA/oALQpgswS7cVd1GywXhId22_OvKIslCQwCLcBGAsYHQ/s1600/PAHLAWAN%2BBERKUDA%2BJINGKRAK.jpg"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-qAH01pkqm0o/XzRG2NEqyEI/AAAAAAAAKKA/oALQpgswS7cVd1GywXhId22_OvKIslCQwCLcBGAsYHQ/s1600/PAHLAWAN%2BBERKUDA%2BJINGKRAK.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hansip yang berkeliling sudah memukul masih-masing tiang telepon sebanyak dua kali dan saya masih belum tidur. <i>Overthinking </i>kalau kata orang-orang. Namun, bukannya rebahan dan menutup mata, saya malah bangun dan menyalakan laptop. Anggap saja ronda malam menemani Bungsu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bulan lalu, kalau tidak salah, saya baru tahu makna dari patung kuda yang ditunggangi para pahlawan. Patung kuda jingkrak dengan dua kaki diangkat adalah pertanda bahwa pahlawan yang menungganginya tewas di medan peperangan. Patung kuda dengan satu kaki diangkat adalah pertanda bahwa pahlawan yang menungganginya meninggal karena luka atau sakit yang didapat ketika berperang tetapi meninggalnya bukan di medan perang. Sementara kuda yang keempat kakinya menapak tanah adalah pengecualian dari keduanya. Artinya, pahlawan yang menungganginya tidak tewas di medan perang ataupun meninggal akibat perang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, jangan heran jika melihat patung Pangeran Diponegoro yang menaiki kuda jingkrak yang kedua kakinya diangkat. Itu adalah sebuah pengecualian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai detik ini grafik Covid-19 masih terus menanjak tajam. Anehnya, kewaspadaan kita saat ini menurun jauh dibanding pada awal PSBB. Orang-orang beraktivitas seolah semua baik-baik saja. Di perjalanan menuju kantor saya melihat petugas keamanan gabungan yang malah asyik berpose di depan pasar. Padahal disekitarnya banyak yang tidak menggunakan masker. Alih-alih menegur mereka lebih memilih untuk berfoto bersama berdekatan, tidak ada yang namanya jaga jarak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Makin ke sini makin banyak orang yang namanya familiar di telinga saya yang terjangkit Covid-19. Saya semakin khawatir. Apalagi media malah seolah bersepakat untuk menciptakan opini bahwa semuanya sedang baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Belum lagi ujaran-ujaran <i>toxic positivity</i> dan himbauan untuk tidak membagikan informasi yang akan membuat panik. Saya malah merasa sudah saatnya kita mulai panik melihat fakta penyebaran virus yang kian masiv dan kewaspadaan kita yang mulai menurun. Sudah saatnya kita kembali memperketat protokol kesehatan, lebih ketat dibanding awal PSBB Maret lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak tenaga medis yang sudah mengorbankan nyawanya dan menjadi pahlawan berkuda jingkrak yang kedua kakinya diangkat. Tidak ada yang menyuruh kita untuk ikut mempertaruhkan nyawa seperti mereka. Kita hanya disuruh untuk rebahan. Itu saja. Bahkan saya masih bingung rebahan itu kata kerja atau bukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jaga diri. Jaga keluarga. Jaga kawan. Jaga kesehatan. Jaga jarak. Jaga pengorbanan para tenaga medis, jangan sampai sia-sia. Sampai jumpa di masa ketika Covid-19 sudah bertekuk lutut. Sampurasun.</div>
Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-16637606750485484882020-06-27T23:49:00.004+07:002020-06-30T23:13:43.268+07:00Anak Rumahan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-89Pm0nVjomY/Xvd5PI82xxI/AAAAAAAAKEM/OYItZ25HmOMIMfa0Cm9drdu44IEYJB3YACK4BGAsYHg/s600/ANAK%2BRUMAHAN.jpg"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-89Pm0nVjomY/Xvd5PI82xxI/AAAAAAAAKEM/OYItZ25HmOMIMfa0Cm9drdu44IEYJB3YACK4BGAsYHg/s600/ANAK%2BRUMAHAN.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku ga main dulu ya, lagi korona!" seru Jagoan yang berdiri di pintu ketika ada temannya mengintip dan berteriak dari balik pagar, mengajak bermain. Jangankan anak-anak, orang dewasa pun masih banyak yang berkeliaran dan tidak menjaga jarak. Padahal pihak pengelola Perkampungan Budaya Betawi rutin berpatroli, mengimbau warga untuk tetap rebahan di rumah. Kadang mereka juga mengusir warga yang masih nakal memancing ikan di danau depan rumah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jagoan cukup bisa bekerja sama di tengah serangan korona. Ia bisa memahami alasan untuk tidak keluar rumah. Jagoan pun, meski terpaksa, bisa menerima alasan ketika di akhir Maret kami sempat kesulitan mendapatkan susu moka favoritnya. Dia bisa menerima keadaan yang mengharuskannya jadi anak rumahan. Memang, <i>sih</i>, sejak awal tahun dia sudah jadi anak rumahan. Sering dia menolak diajak jalan dan lebih memilih di rumah. Bahkan kalau diajak ke mal kelamaan, dia cenderung demam setelahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saking jarangnya keluar rumah sampai tak sadar kalau rambutnya sudah gondrong. Jagoan terakhir potong rambut pas awal Maret lalu. Itu pun sekaligus menjadi kali terakhir Jagoan diajak ke mal. Waktu itu itu di Indonesia belum terdeteksi adanya korona. Kemarin, akhirnya rambut Jagoan dipangkas di rumah oleh ibunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak iklan mengenai edukasi cuci tangan dan pencegahan penularan infeksi korona mambantu Jagoan memahami kondisi saat ini. Pernah muncul pemikiran yang lucu di kepalanya, sesaat setelah kami memberi pemahaman bahwa kita harus di rumah dan di kuar pun banyak tempat umum yang ditutup. Bahkan rumah sakit pun ditutup untuk umum karena korona, jadi jangan pecicilan supaya tidak celaka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ambu, kalau ibu-ibu gimana?" tanya Jagoan pada ambunya. </div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya di rumah." sahut ambu. </div>
<div style="text-align: justify;">
"Maksudnya ibu-ibu yang belum menikah?" </div>
<div style="text-align: justify;">
"Hah?" ambu masih tak paham pertanyaan anak sulungnya itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
"Jadi lama dong, Mbu. Nikahnya. Kan korona, jadi pada tutup." </div>
<div style="text-align: justify;">
Abah dan ambu pun terkekeh mendengar kelakarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sagala pemahamannya mengenai korona membuat ia tahu betul harus memakai masker, topi, dan celana panjang ketika keluar rumah. Ia pun paham harus sering mencuci tangan. Namun, saking lamanya kami <a href="/2020/06/NEW-NORMAL.html" target="_blank">#dirumahaja</a>, ia jadi punya persepsi kalau sedari saat ini hingga nanti abah dan ambu akan tetap di rumah dan tidak perlu ke kantor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-r5YpipsdRXY/Xvtg5MiHByI/AAAAAAAAKGE/oegJxkC06pwQ7tpuHXNvcuYCtC_qFbg9wCK4BGAsYHg/s600/JAGOAN%2BANAK%2BRUMAHAN.jpg"><img alt="Anak Rumahan" border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-r5YpipsdRXY/Xvtg5MiHByI/AAAAAAAAKGE/oegJxkC06pwQ7tpuHXNvcuYCtC_qFbg9wCK4BGAsYHg/d/JAGOAN%2BANAK%2BRUMAHAN.jpg" title="Anak Rumahan" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Efek positif dari korona adalah berkumpul di rumah. Sebelumnya, kalau pagi abah jarang terlihat dan malam hanya menghabiskan sisa tenaga untuk bermain. Sekarang, abah kerja dengan selingan tendangan Jagoan mengajak bercanda atau teriakan jagoan untuk meminta sesuatu. Jagoan pun lebih banyak mengeksplorasi lingkungan dalam rumah bersama kami, dari membuat lintasan Hot Wheels sepanjang-panjangnya hinnga mengepel, dari belajar dan bereksperimen hingga main games. Semua dilakukan bersama. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kadang abah suka bete, kalau kerja pagi sampai sore banyak gangguan, ambu cuma <i>nyengir</i>. Padahal ambu suka teriak-teriak minta tolong ke abah kalau pas lagi kerja Jagoan mencari perhatian. Apalagi jam kerja ambu sore sampai malam, tenaga dan fisik sudah sisa-sisa penghabisan bumil trimester tiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah, kami ajak Jagoan keluar pada malam hari kedua masa transisi dengan menggunakan roda empat untuk melihat situasi Jakarta. Namun, ia bersikeras mempertanyakan alasan harus keluar jika korona masih ada. Kami pun memberikan pengertian agar Jagoan benar-benar paham dengan melihat langsung kalau kondisinya memang belum memungkinkan untuk membeli mainan baru, termasuk mainan dinosaurus baru, main ke tempat main, atau kalau susu habis jangan langsung menangis. Karena terkadang dia beranggapan kami mengarang cerita atau mengada-ada untuk menolah permohonannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alhasil, ia pun tertidur dalam perjalanan di balik maskernya karena ketakutan melihat jalanan di depan Transmart Cilandak, PIM, Carrefour Lebak Bulus, Poins Square, dan Gandaria City yang mayoritas gelap. Pengalaman itu akan semakin membuatnya yakin bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja, sehingga ia akan merasa baik-baik saja menjadi anak rumahan hingga pandemi ini usai.</div>
Ambuhttp://www.blogger.com/profile/04750848312555690372noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-15067401806355290922020-06-24T22:19:00.010+07:002020-06-27T06:36:21.952+07:00Kenormalan Baru yang Tak Baru-Baru Amat<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-B1eb5Z1t58M/XvL4eV8O-1I/AAAAAAAAKCo/cGqmBLMOkikhRkdSv3SNlI4MkfussPbHwCK4BGAsYHg/s600/NEW%2BNORMAL.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kenormalan Baru" border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-B1eb5Z1t58M/XvL4eV8O-1I/AAAAAAAAKCo/cGqmBLMOkikhRkdSv3SNlI4MkfussPbHwCK4BGAsYHg/d/NEW%2BNORMAL.jpg" title="Kenormalan Baru" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both;">Hari ini saya kebagian jadwal <i>ngantor</i> lagi. Ini kali kedua sejak awal diberlakukan PSBB. Terakhir saya <i>ngantor</i> pada pertengahan Maret, beberapa hari sebelum diberlakukan PSBB. Itu pun saya izin pulang lebih cepat. Satpam di lobi meminta saya mengisi semacam berita acara karena layar termometer laser yang ditembakkan ke jidat saya menunjukkan angka di atas 98,78 derajat Fahrenheit.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Sejak itu, saya jarang ke luar pagar rumah. Saya keluar pagar hanya untuk membeli sayur makanan kura-kura, mengambil uang di ATM, atau mengantar isteri periksa ke klinik. Kami pun memberi pengertian pada Jagoan bahwa kita sedang memasuki masa-masa sulit. Pergerakan kita dibatasi. Ia juga sempat merasakan imbasnya. Ketika distribusi bahan pangan terhambat, Jagoan sempat tidak bisa mendapatkan susu moka favoritnya.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">PSBB pun pada akhirnya mulai dilonggarkan secara bertahap. Pemda DKI, yang sempat galau, memutuskan perpanjangan status PSBB dan menetapkan Juni ini sebagai masa transisi. Beberapa kegiatan sosial dan ekonomi diizinkan kembali bergerak dengan catatan harus mematuhi protokol kesehatan.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><blockquote class="twitter-tweet"><p dir="ltr" lang="in">Artikel saya di Kompas Senin 8 Juni 2020 <a href="https://t.co/qzwyyHLjrb">pic.twitter.com/qzwyyHLjrb</a></p>— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) <a href="https://twitter.com/ChatibBasri/status/1272888676842905602?ref_src=twsrc%5Etfw">June 16, 2020</a></blockquote> <script async="" charset="utf-8" src="https://platform.twitter.com/widgets.js"></script><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Merespon kebijakan tersebut, pada 8 Juni 2020 lalu, ekonom yang juga mantan bos Lapangan Banteng, Muhammad Chatib Basri, menulis arikel berjudul “Ekonomi dalam Normal Baru” di harian Kompas. Menurutnya, mal akan sepi dibanding pasar tradisional, karena kelas menengah atas punya kemewahan untuk memilih antara tinggal atau keluar rumah. Mereka punya tabungan atau <i>non-labour income</i>.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Saya tinggal di perkampungan. Kebanyakan tetangga saya merupakan kelas menengah ke bawah. Saya masih sering melihat tetangga, orang tua dan anak-anak, berkeliaran dan bahkan berkerumun dengan tidak menjaga jarak dan tidak menggunakan masker. Saya kira mereka berkeliaran di luar rumah karena tidak punya pilihan. Mereka tidak punya hiburan atau kegiatan yang bisa menghilangkan kejenuhan di dalam rumah atau kontrakan yang tak terlalu luas untuk mengisolasi diri berbulan-bulan lamanya. </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Hari ini, saya pergi ke kantor dengan naik ojek <i>online</i>. Saya memakai helm milik sendiri. Saya memakai jaket. Di tengah perjalanan saya rutin membersihkan tangan dengan <i>hand sanitizer</i>, karena beberaa kali terpaksa harus berpegangan pada behel jok motor. Tentu saja saya memakai masker. Saya mematuhi protokol kesehatan selama pandemi karena merasa bertanggung jawab atas kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Sepanjang perjalanan itu pula saya melihat aktivitas di era kenormalan baru yang ternyata tak baru-baru amat, bahkan cenderung tidak normal. Jangan tanya ada yang tidak pakai masker atau tidak. Orang-orang yang leluasa makan di tepat umum seolah tidak khawatir akan melulari atau tertular korona kerap saya lihat. Anak kecil dibonceng naik motor tanpa menggunakan masker juga banyak. Bahkan, saya sempat melewati anak-anak sedang naik delman keliling kampung tanpa menggunakan masker. Jangankan menggunakan masker, memakai masker pun kalau tidak dalam kondisi darurat, tidak seharusnya anak kecil berkeliaran di luar rumah di saat pandemi.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Saya pun mulai ragu dengan pernyataan Pak Dede bahwa kelas menengah atas akan cenderung diam di rumah karena punya kemewahan untuk memilih diam di rumah. Kenapa? Karena kelas menengah di negara <i>berflower </i>memiliki nama belakang Ngehe. Saya kira, sampai PSBB diperketat lagi, mal, restoran, stadium, dan tempat-tempat keramaian lainnya akan terus dipadati kelas menengah dari gen Ngehe ini. Mereka seolah lupa kalau grafik orang positif korona masih terus menanjak.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><script defer="" src="https://apps.elfsight.com/p/platform.js"></script>
<div class="elfsight-app-69d80dc9-c6b9-436d-afd4-fb8406989a97"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Saya kira ini bukan cuma soal faktor ekonomi atau soal berpasrah pada takdir, tapi juga soal kedewasaan. Kalau tetap seperti ini, kita tidak sedang memasuki era kenormalan baru, tapi kembali ke kenormalan yang dulu sebelum ada korona. </div></div>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-84107591702290613082020-06-22T01:04:00.001+07:002020-06-22T12:49:10.049+07:00Pendidikan Rumahan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-3bcmS72g6Kk/Xu-gi-51ABI/AAAAAAAABTc/77YObhTEwLYccsWid_u--Uaozn4nfHHuACLcBGAsYHQ/s1600/PENDIDIKAN%2BRUMAHAN.jpg"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-3bcmS72g6Kk/Xu-gi-51ABI/AAAAAAAABTc/77YObhTEwLYccsWid_u--Uaozn4nfHHuACLcBGAsYHQ/s1600/PENDIDIKAN%2BRUMAHAN.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sejak akhir tahun 2019 lalu Jagoan sudah tidak bersekolah secara formal. Sekolah Jagoan tidak jelek, sangat bagus malah. Tapi kan memilih sekolah bukan cuma soal bagus atau tidak. Jagoan sama seperti Toto-chan, dan kami harus mencari Tomoe Gakuen untuk Jagoan. Kami berencana mendaftarkan Jagoan kursus-kursus keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Kami baru mendaftarkan Jagoan di Sanggar Asri Welas. Namun, baru beberapa pertemuan korona keburu menyerang. Untuk sementara, kami putuskan Jagoan untuk belajar di rumah. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lagi pula, pendidikan yang paling awal diterima anak berasal dari orangtuanya. Makanya, di masa pandemi ini, kami memberikan stimulasi pendidikan ke Jagoan. Laporan perkembangan dari (mantan) sekolahnya menjadi dasar kami menentukan stimulasi-stimulasi yang harus diberikan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di awal memang kami terkejut karena banyak hal yang belum dikuasai Jagoan. Ambu mumet. Abah ikut pura-pura mumet. Jangankan menulis, kemampuan pramenulis juga belum dikuasai. Jangankan mengurangi dan menjumlahkan obyek hingga 5, mengenal dan menghitung angka sampai 10 pun belum mampu. Mengenal huruf hijaiyah lewat, apalagi huruf alfabet, dan sebagainya. Memang kata ustazah di sekolah, Jagoan lebih banyak diam, sehingga terkesan lamban dalam beraktivitas, bermain, dan belajar di sekolah. Maka, tak heran di laporan perkembangannya, sesuai target sekolah, banyak yang belum Jagoan kuasai.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pendidikan rumahan pun dimulai dengan belajar menggunting—yang penuh <i>effort</i> banget buat Jagoan, belajar memegang pensil untuk membuat garis—yang penuh perdebatan, mengelem serba belepotan kemana-mana, dan merobek-robek kertas yang membuat rumah seperti kapal pecah. Alhamdulillah, butuh hanya sekitar tiga minggu bagi Jagoan untuk bisa memegang pensil hampir benar. Sekarang, memegang pensil bukan lagi hal yang membosankan baginya. Ia pun bisa menulis huruf dengan bentuk sesuai kemampuan umurnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah bisa memegang pensil, Jagoan juga menjadi senang menggambar dan mewarnai. Entah itu menggambar sesuai imajinasinya atau menggambar dengan melihat instruksi tahap-tahap menggambar hewan di buku secara mandiri. Gambarnya pun tampak detail dan semakin hari semakin berbentuk. Mungkin buat orangtua lain itu hal remeh, tapi Jagoan menggambar dengan detail sesuai ingatannya. Ia pun belajar menggambar dengan melihat instruksi instruksi tahap-tahap menggambar hewan di buku secara mandiri tanpa dibantu secara verbal oleh orang yang lebih dewasa. Buat kami, itu keren di umurnya yang saat itu belum genap lima tahun.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika pramenulis dan menulis hampir usai, kami mempersiapkannya untuk belajar berhitung. Dari botol susu berangka, berhitung jari, tebak angka, hingga mencocokkan jumlah gambar ke angka, kami siapkan. Dari membuat lembar kerja sendiri, mengunduh dari internet, sampai beli buku berhitung awal di market place, kami lakukan. Bersamaan dengan itu, kami juga mengenalkan sains sederhana, baik tentang hewan, tumbuhan, manusia, maupun eksperimen sederhana dengan abahnya. Jagoan juga belajar memahami cerita dengan mendengarkan cerita dan menonton dongeng di YouTube. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tentu saja banyak tantangan belajar di rumah. Nyatanya, penguasaan huruf oleh Jagoan masih belum mumpuni. Banyak tawar-menawar dan diskusi mengapa begini dan begitu. Banyak iklan belajar muncul seperti mau pipis, minum, pup, atau tiduran dulu, yang menguji kesabaran dan akal kami untuk mulai mengenalkan huruf. Namun, kami tidak menyerah dan tidak memburu-buru Jagoan untuk menguasai huruf, meski deg-degan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mungkin, tidak semua orangtua punya kemampuan dan waktu luang untuk membuat sendiri materi belajar dan mendampingi belajar anaknya. Tapi kalau bukan kita, orangtuanya, siapa lagi yang mesti memikul tanggung jawab itu?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Semoga rumah menjadi sebenar-benarnya Tomoe Gakuen-nya Jagoan.</div>
Ambuhttp://www.blogger.com/profile/04750848312555690372noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-69568738670001860822020-06-16T00:09:00.005+07:002020-06-29T21:22:14.142+07:00Belajar Coding<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-sq_qcweDpxI/Xuepdy8ms0I/AAAAAAAAKA8/gAOA-6RuzWoT7DxJ8IkhSgPel0QGYt6IgCK4BGAsYHg/s600/Belajar%2BCoding.png"><img alt="Belajar Coding" border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-sq_qcweDpxI/Xuepdy8ms0I/AAAAAAAAKA8/gAOA-6RuzWoT7DxJ8IkhSgPel0QGYt6IgCK4BGAsYHg/d/Belajar%2BCoding.png" title="Belajar Coding" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both;">Saya tidak sepakat dengan orang yang suka menjuluki orang yang suka <i>ngeblog </i>sebagai penulis. Saya sendiri lebih senang disebut narablog atau blogger, bukan penulis. Saya merasa tidak laik disebut penulis. Lagi pula, buat saya <i>ngeblog</i> tidak sekadar tentang tulisan, banyak hal-hal yang harus diurusi. <i>Coding</i> salah satunya. Meski itu menjadi pengecualian untuk narablog yang berkecimpung di media serupa Medium atau Kompasiana. Selain itu, sekarang juga banyak yang menawarkan jasa pembuatan blog.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Di blog ini, secara otodidak saya belajar <i>coding</i>, meski masih jalan di tempat di level dasarnya dasar. Apalagi saya belajarnya serabutan, tidak runtut. Saya memang tidak membangun sendiri templat blog ini. Namun, sejak masih menggunakan templat gratisan, saya selalu berupaya untuk mengustomisasinya. Waktu masih muda, kadang-kadang saya tidak tidur semalam suntuk karena belum berhasil mengulik <i>coding</i> blog ini.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Pertama kali terjun ke dunia kerja, saya masuk di Bapepam-LK, di unit yang bisa dibilang mandiri dalam megelola teknologi informasi. Mulai dari mengelola basis data, jaringan, hinga pengembangan aplikasi, semua dikerjakan sendiri. Saya pernah dibimbing salah satu kasubbag, yang bukan atasan langsung saya, untuk belajar HTML dan ikut mengelola konten web di intranet. Saya memulai belajar HTML dengan praktik langsung memperbarui file HTML Help (.chm) kumpulan peraturan terkait dana pensiun. </div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Belum selesai saya berguru, Pak Agus Marto berkehendak lain. Ketika pindah kantor, saya sempat mencoba membuat file semacam ini untuk kantor baru. Namun, saya gagal. Waktu itu, ekosistem kerja juga sedang tidak mendukung. Hasrat untuk belajar <i>coding</i> kembali muncul ketika ada tawaran untuk mengikuti Digitalent Scholarship. Online Academy tapi. Tahun lalu saya pernah mengajukan untuk mendaftar Digitalent tapi ditolak karena pelaksanaannya selama dua bulan di luar kota. Online Academy ini beda, karena saya tidak perlu “meninggalkan kantor”.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Selama enam minggu ini saya mendapat kesempatan untuk belajar <i>coding</i> dari guru yang tepat. Saya belajar HTML, sekaligus CSS, dan JavaScript. Karena tidak “meninggalkan kantor” tantangannya saya harus mencari waktu untuk belajar. Saya kadang-kadang harus menunggu Jagoan tidur. Enaknya belajar coding dan punya blog, kalau ada hal baru bisa langsung saya aplikasikan.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Kata orang, belajar <i>coding</i> bisa meningkatkan kemampuan berpikir logis, detil, dan sistematis. Bahkan ada yang bilang belajar <i>coding</i> turut meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah. Itu kata orang. Kalau kata saya, belajar <i>coding</i> adalah belajar tanpa paksaan. Jadinya berasa hampir tidak ada beban. Satu-satunya beban yang ada dipikiran saya adalah malu kalau tidak menuntaskannya karena sudah dibiayai APBN.</div></div>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-36155194388209394302020-06-05T01:33:00.007+07:002020-08-12T16:23:26.051+07:00Mas Menteri, Curhat Dong<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-RTuSObKcffE/Xtk5GRbipbI/AAAAAAAAJ-0/Acr5BpDZLe0hI_Eo0wO2eH3D7SJVNqX-QCK4BGAsYHg/s600/MAS%2BMENTERI.png"><img alt="Mas Menteri, Curhat Dong!" border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-RTuSObKcffE/Xtk5GRbipbI/AAAAAAAAJ-0/Acr5BpDZLe0hI_Eo0wO2eH3D7SJVNqX-QCK4BGAsYHg/d/MAS%2BMENTERI.png" title="Mas Menteri, Curhat Dong!" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span id="docs-internal-guid-e1820783-7fff-7abf-3895-4ef489e156af"></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span id="docs-internal-guid-e1820783-7fff-7abf-3895-4ef489e156af"><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Apa kabar, Mas Menteri? Semoga sehat-sehat saja ya. Sebetulnya sudah lama saya ingin curhat, sudah satu purnama, sejak <a href="https://mojok.co/rzp/ulasan/pojokan/aneh-banget-kalau-nadiem-makarim-baru-kaget-listrik-dan-sinyal-di-indonesia-nggak-rata/">Mas Menteri terkaget-kaget</a> ketika tahu kalau di Indonesia masih ada rumah yang tidak teraliri listrik dan tidak terjangkau sinyal internet.</span></span></div>
<span id="docs-internal-guid-e1820783-7fff-7abf-3895-4ef489e156af"><br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Oh iya, Mas Menteri boleh panggil saya abah biar kita terlihat akrab. Dari lahir sampai lulus SMP, saya tinggal di rumah orangtua di utara Ciamis, Jawa Barat. Rumah orangtua saya dari kantor Mas Menteri di Kemendikbud jaraknya sekitar 260 kilometer. Saya cek di Google Maps jarak itu bisa ditempuh dalam empat setengah jam saja. Tentu akan lebih lama jika ditambah dengan waktu untuk mampir beli tahu bulat di <i>rest area</i>.</span></div>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Rumah orangtua saya masih terbilang dekat dari ibukota, masih di pulau Jawa, dan masih bisa ditempuh dengan perjalanan darat. Namun, percaya atau tidak, di rumah orangtua saya sinyal seluler susah sekali didapat. Jangankan untuk berselancar internet, untuk berkirim SMS saja susahnya minta ampun. Di sana kontur tanahnya berbukit-bukit dan kebetulan rumah orangtua saya diapit dua bukit. Kita harus menaiki bukit untuk mendapatkan sinyal. </span></div>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Lebaran kemarin pun saya baru berhasil menelepon orangtua di hari kedua lebaran. Hari pertama lebaran di Ciamis hujan turun, sehingga tidak memungkinkan untuk keluar rumah sekadar mencari sinyal. Pada postingan <a href="https://www.fiscuswannabe.web.id/2012/03/jangan-terbawa-arus-mainstream.html">Jangan Terbawa Arus Mainstream</a>, yang saya unggah pada awal 2012 ada foto ketika saya harus naik ke lantai dua kandang ayam yang ada di lereng bukit, lebih tinggi dari atap rumah, untuk sekarang berselancar internet dan mengunggah tulisan di blog ini. Itu bukan foto rekayasa.</span></div>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ambu, isteri saya seorang pendidik, kepala sekolah di Jakarta. Di masa PSBB ketika kami menunaikan WFH dan PJJ, saya kerap curi-curi dengar ketika ambu sedang rapat. Saya ikut senang mendengar kabar dari pejabat Dinas Pendidikan DKI Jakarta bahwa Google memberikan lisensi premium Google for Education untuk digunakan murid, guru, sekolah, dan seluruh perangkat pendidikan di DKI. </span></div>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Hal itu sangat kontras dengan kondisi di kampung halaman saya. Keponakan saya sekarang kelas IV. Ketika murid-murid di DKI dan daerah lain, yang mendapat privilese berupa limpahan sinyal, menjalani PJJ, keponakan saya hanya diam di rumah tanpa berhubungan dengan sekolah. Tidak ada PJJ. Jangankan sinyal internet, sinyal seluler saja langka.</span></div>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Itu pula alasan saya pernah menulis soal UNBK: <a href="https://www.fiscuswannabe.web.id/2017/02/UNBK.html">Ketika UNBK Dipaksa Masuk Kampung</a>, yang menurut saya terlalu dipaksakan di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sekolah. Itu ditulis setelah kami bertandang ke rumah guru SMP saya. Kami diceritakan bagaimana sekolah harus mengadakan perangkat komputer berikut sambungan internet untuk sekadar melaksanakan UNBK yang diadakan setahun sekali. Padahal, dananya bisa saja digunakan untuk pengadaan yang lebih bermanfaat untuk jangka panjang. Buku misalnya. Selama SMP kami hanya mengandalkan buku-buku perpustakaan. Jumlahnya pun terbatas. Buku-buku di luar buku pelajaran jumlahnya lebih minim lagi. </span></div>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Libur tahun baru kemarin, ketika kami pulang ke Ciamis, ambu menyarankan supaya saya mencari "guru les" yang bisa membantu mengajari keponakan saya. Pasalnya, ia sangat ketinggalan materi, padahal beberapa bulan lagi ia harus menghadapi UN. Waktu itu Mas Menteri belum menghapus UN. Pasalnya, gurunya sakit dan jarang masuk. Saya pun meminta tolong keponakan lain dari kakak sepupu, yang juga guru SD di sekolah lain. Tujuannya tidak hanya mengejar target UN, tapi juga supaya tidak ketinggalan materi pas masuk SMP nanti.</span></div>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sampai hari ini, keponakan saya dan banyak murid sekolah di kampung saya masih berdiam di rumah supaya tidak tersentuh korona. Sayangnya, selain tidak tersentuh korona, mereka juga tidak tersentuh pendidikan. Saya percaya, bagi orang yang berjiwa guru, korona bukanlah hambatan berarti untuk tetap mengajar. Bukan begitu, Mas Menteri?</span></div>
</span>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-59749365531338241352020-05-29T18:16:00.007+07:002020-05-30T00:42:44.111+07:00Keluarga Berencana<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-a78MCtkJ3rM/XtDtHDMjYWI/AAAAAAAAJ94/0jMhqvMceuUvgfkIrDSQo2K9uwy5rP89wCK4BGAsYHg/Keluarga%2BBerencana.jpg"><img alt="Keluarga Berencana" border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-a78MCtkJ3rM/XtDtHDMjYWI/AAAAAAAAJ94/0jMhqvMceuUvgfkIrDSQo2K9uwy5rP89wCK4BGAsYHg/d/Keluarga%2BBerencana.jpg" title="Keluarga Berencana" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both;"><div class="separator" style="clear: both;">Abah terlahir ke dunia dengan tiga kebetulan. Kebetulan pertama, abah terlahir pada masa Orde Baru lagi jaya-jayanya dan gencar-gencarnya menerangi program Keluarga Berencana (KB). Kebetulan kedua, abah terlahir di tengah keluarga yang menjadi pelopor KB di lingkungannya. Kebetulan ketiga, abah adalah anak ketiga. Sebagai anak ketiga dari keluarga yang menggaungkan jargon “2 Anak Cukup”, abah ibarat nila setitik yang merusak susu sebelanga.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Abah dan ambu sama-sama anak ketiga, sekaligus anak bungsu, dari orangtua yang sama-sama merencanakan hanya punya dua anak. Kami berdua terlahir akibat kecelakaan. Kecelakaan yang menyenangkan tentunya. Padahal, di keluarga besar kami sangat jarang yang hanya mempunyai tiga—apalagi dua—orang anak. Sepupu saya di Ciamis rata-rata merupakan bagian dari tujuh sampai delapan besaudara, bahkan lebih. Sampai-sampai abah suka kesulitan mengurutkan keturunan aki dan nini.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Paradigma tentang keluarga berencana, terutama dalam hal keturunan, mau tidak mau menurun kepada kami. Pada saat Jagoan lahir, ambu malah sudah merasa cukup dengan hanya memiliki anak semata wayang. Abah yang ketika itu gencar mengajukan wacana untuk menghadirkan anak kedua dalam cerita perjalanan keluarga kecil kami. Pada dasarnya saya tidak ingin Jagoan sendirian ketika kelak kami sudah tiada. Kami bersyukur memiliki keluarga besar yang sangat menyayangi Jagoan. Jagoan pun memiliki banyak saudara sepupu. Namun, tetap saja rasa antara memiliki saudara kandung dengan memiliki saudara sepupu berbeda.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Kalau Rara Joggrang mengajukan dua syarat yang mustahil dipenuhi Bandung Bandawasa: membuat sumur Jalatunda dan membangun seribu candi dalam satu malam, ambu mengajukan syarat untuk memiliki rumah sebagai syarat untuk memiliki anak kedua. Syarat yang mustahil abah penuhi dalam satu malam. Kepada para pengikut Jouska, tolong abah yang sedang tidak ingin berdebat dengan kalian. Singkat cerita, pada 1 November tahun lalu ambu mengirim abah foto dua strip.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Tahun ini Jagoan genap di usia lima tahun. Beberapa hari setelah Jagoan ulang tahun adalah hari yang diramalkan dokter sebagai hari lahirnya adik Jagoan. Keputusan untuk memberikan adik buat Jagoan bukanlah keputusan satu malam. Keputusan itu diambil dengan banyak pertimbangan: dari pertanyaan apakah Jagoan harus memiliki saudara kandung atau cukup menjadi anak semata wayang hingga kapan adik Jagoan harus mulai ditulis dalam cerita keluarga kecil kami.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Maret 2020 adalah masa ketika kehamilan ambu memasuki fase yang sulit. Bertahan di tengah pandemi global, kami dipaksa mengubah rencana dan mencari alternatif fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kehamilan dan lahiran kelak. Terlalu berisiko untuk tetap berkunjung ke rumah sakit. Kami tidak tahu ada tidaknya pasien positif korona di satu rumah sakit. Sejak pemerintah resmi mengumumkan di Indonesia ada yang positif korona, sejak itu pula kami mulai memeriksakan kehamilan di klinik ibu dan anak. Untungnya, di bilangan sini ada klinik dengan dokter kandungan dengan pengalaman yang mumpuni dilengkapi fasilitas yang cukup mumpuni pula.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Selain virus korona, kami juga diuji dengan ditinggal ART yang memaksa mudik dari sebelum Ramadhan tiba. Kami sama-sama bekerja dari rumah sambil menjaga Jagoan dengan kondisi ambu hamil besar. Kondisi yang sepertinya akan bertahan lama hingga setelah adik Jagoan lahir. Tidak mudah mencari ART di zaman virus korona bertebaran. Tidak mudah mencari ART yang bisa bekerja dan mau bekerja ke Jakarta. Kalau pun ada yang mau, ada kekhawatiran dia datang membawa virus.</div><div class="separator" style="clear: both;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Di tengak kondisi <i>pageblug</i> seperti ini, kami sebagai keluarga hanya bisa berencana, Gusti Allah-lah yang menentukan.</div></div></div>Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-17837158211409952002019-10-14T22:52:00.002+07:002019-11-08T08:47:31.913+07:00Zakatnya Begini Kemiskinannya Begitu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-gJA_hFx0WpQ/XaMo3JEz9JI/AAAAAAAAJ68/o_RjY0WHVEUtrQzrb3Yi7uJYUeo81otngCLcBGAsYHQ/s1600/Pemanfaatan%2BDana%2BZakat.jpg" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-gJA_hFx0WpQ/XaMo3JEz9JI/AAAAAAAAJ68/o_RjY0WHVEUtrQzrb3Yi7uJYUeo81otngCLcBGAsYHQ/s1600/Pemanfaatan%2BDana%2BZakat.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: right;">
كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا</div>
<br />
Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu ketika, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Na’im, Rasulullah SAW bersabda bahwa kemiskinan itu dekat kepada kekufuran. Hadis tersebut adalah peringatan, baik kepada orang miskin maupun orang kaya. Orang miskin diperingatkan untuk tidak tergoda melakukan kemaksiaatan meski dalam kondisi yang serba kekurangan. Orang kaya diperingatkan untuk peduli bahwa kemiskinan—yang dialami sebagian saudara-saudaranya—bisa mendorog pada kekufuran. Orang kaya, karena itu, diwajibkan untuk berzakat dan disunahkan untuk bersedekah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<h2>
Jebakan Kemiskinan</h2>
<div style="text-align: center;">
<b>PDB Negara-Negara Kawasan ASEAN (1960-2018)</b></div>
<div style="text-align: center;">
Sumber: Katadata, diolah dari Bank Dunia, 2019</div>
<iframe allowfullscreen="" src="https://katadata.co.id/embedchart/414" style="height: 600px; width: 100%;"></iframe></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada grafik di atas terlihat Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbesar di kawasan ASEAN. Data Bank Dunia menunjukkan perekonomian Indonesia tahun lalu, yang diukur dengan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku, sebesar US$1,042 triliun atau setara Rp14.837 triliun. Namun, <a href="http://documents.worldbank.org/curated/en/267671467991932516/Indonesias-rising-divide" target="_blank">riset Bank Dunia</a> menunjukkan pertumbuhan tersebut memberi manfaat cuma kepada 20% orang paling kaya di Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jumlah penduduk dan luas wilayah—yang sama-sama besar—adalah keunggulan sekaligus tantangan bagi Indonesia dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Beberapa lembaga internasional meramalkan Indonesia bakal menjadi negara dengan perekonomian terbesar kelima dunia dalam beberapa tahun mendatang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<iframe src="https://databoks.katadata.co.id/datapublishembed/111586/1-orang-terkaya-indonesia-menguasai-46-kekayaan-penduduk" style="background-color: #eeba30; border: none; height: 600px; width: 100%;"></iframe></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Global Wealth Report 2018</i> yang dirilis Credit Suisse menunjukkan 1% orang terkaya di Indonesia menguasai hampir separuh atau 46,6% total kekayaan penduduk dewasa. Sementara, 10% orang terkaya menguasai 75,3% total kekayaan penduduk dewasa. Pembangunan yang dilakukan pemerintah selama ini hanya dinikmati oleh orang-orang tajir. Kondisi ini juga menunjukkan ketimpangan kekayaan di Indonesia masih cukup tinggi. Di kawasan Asia, ketimpangan kekayaan Indonesia berada di urutan ketiga setelah Thailand dan India.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tingkat ketimpangan atau rasio gini di Indonesia per Maret 2019 sebesar 0,382. Sebenarnya ada penurunan tingkat kesenjangan sebesar 0,007 poin dibanding bulan sama tahun lalu <i>(year-on-year)</i>. Namun, ini bukan pertanda situasi baik-baik saja, karena BPS mengukur ketimpangan berdasarkan konsumsi, bukan pendapatan atau kekayaan. Rasio gini merupakan indikator dalam mengukur ketimpangan atau kesenjangan distribusi pendapatan masyarakat dengan skala 0 hingga 1. Semakin tinggi nilai rasio gini mengindikasikan ketimpangan yang semakin tinggi pula.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<h2>
Pemanfaatan Dana Zakat</h2>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang yang berhak menerima zakat ditentukan dalam Alquran surat At Taubah ayat 60. Dalam ayat tersebut ada delapan golongan yang berhak menerima zakat, yakni fakir, miskin, amil, mualaf, hamba sahaya, <i>gharimin</i>, <i>fisabilillah</i>, dan musafir. Golongan yang berhak menerima zakat hanya benar-benar berhak apabila mereka telah mencoba mencari sumber penghasilan tetapi gagal mencukupi kebutuhan sendiri dan keluarganya. Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras dan hidup mandiri. Zakat adalah sumber terakhir untuk orang-orang yang telah melakukan upaya terbaik dalam memenuhi kebutuhannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada perbedaan pendapat di antara para ahli fiqih ihwal pemanfaatan dana zakat. Sebagian ahli fiqih berpendapat dana zakat harus dibagi sama rata kepada kedelapan golongan yang berhak mendapatkan atau harus dibelanjakan untuk semua golongan secara bersama. Sebagian lagi berpendapat sebaliknya. Kepada <i>gharimin</i> misalnya, menurut pendapat kedua, jumlah maksimum dana yang dapat dibayarkan setelah ia mampu membayar hutangnya dengan bantuan tersebut tidak boleh memelihi nisab, yaitu sebanyak 200 dirham.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembayaran zakat harus merupakan transfer kepemilikan. Karena itu, pembayar zakat, baik langsung maupun tidak langsung, tidak boleh menerima manfaat dari zakat yang dibayarkannya. Zakat berbeda dengan pajak. Penerima manfaat dari dana pajak tidak terbatas pada orang miskin. Bahkan, dalam kondisi tertentu, orang kaya bisa menerima manfaat yang lebih besar dibanding orang miskin. Sistem perpajakan progresif memberikan kesamaan pada seluruh warga negara, kaya atau miskin. Pola pengenaan pajak seperi ini sesuai dengan asas keseimbangan dalam ajaran <i>The Four Maxims</i> yang ditulis Adam Smith dalam buku <i>The Wealth of Nations</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<h2>
Zakat untuk Pengentasan Kemiskinan</h2>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu definisi pertama tentang kemiskinan dirumuskan oleh Seebohm Rowntree, yakni pada tahun 1901. Ia mendefinisikan bahwa suatu keluarga termasuk dalam kemiskinan primer jika keseluruhan pendapatannya tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan minimum untuk kebutuhan fisik/tubuhnya berupa konsumsi pangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara, dalam Islam kita mengenal istilah fakir dan miskin. Fakir berarti orang-orang sangat miskin dan hidup menderita yang tidak memiliki apa-apa untuk hidup. Fakir juga berarti orang yang sehat dan jujur tetapi tidak memiliki pekerjaan. Sementara, miskin mencakup semua orang yang lemah dan tidak berdaya karena dalam keadaan sakit, usia lanjut, atau dalam kondisi peperangan, baik yang mampu bekerja ataupun tidak, yang tidak cukup memperoleh penghasilan untuk dirinya dan keluarganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemiskinan dekat dengan kekufuran. Karena itu, Islam meberikan begitu banyak solusi pengentasan kemiskinan. Sampai-sampai, ada ibadah-ibadah yang dapat menjadi sumber pengentasan kemiskinan. Bila kita berkurban, daging kurbannya untuk orang miskin. Bila kita tidak mampu menunaikan nazar, kita didenda untuk memberi makan orang miskin. Bila orangtua kita sakit dan tidak bisa berpuasa, kita bisa menggantinya dengan membayar <i>fidyah</i>, yakni memberi makan orang miskin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain ibadah-ibadah tadi, pilar ketiga agama Islam adalah zakat. Ada banyak sumber zakat, mulai dari zakat fitrah hingga zakat mal: zakat profesi, zakat perdagangan, zakat barang produktif, zakat emas dan perak, zakat pertanian, dan zakat tabungan. Semua sumber zakat tersebut apabila disalurkan dengan efektif bisa memadai untuk mengentaskan kemiskinan. Salah satu tujuan terpenting zakat adalah mempersempit ketimpangan ekonomi di masyarakat. Zakat bertujuan untuk distribusi pendapatan, sehingga yang kaya tidak semakin kaya dan yang miskin tidak semakin miskin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa zakat adalah uang yang dipungut dari orang kaya dan diberikan kepada orang miskin. Tujuannya adalah distribusi harta di masyarakat, sehingga tidak ada satu pun umat Islam yang hidup di bawah garis imajiner kemiskinan. Dengan cara ini Islam menjaga agar harta di masyarakatt dapat tersirkulasi dan tidak cuma terkonsentrasi pada segelintir orang. Prinsip dasar tersebut dinyatakan dalam surat Al Hasyr ayat 7.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: right;">
مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ</div>
<br />
Apa saja harta rampasan <i>(fai-i)</i> yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam impelementasi yang lebih luas, mengacu pada ayat di atas, penumpukan harta oleh segelintir orang saja adalah tidak wajar, tidak adil, dan tidak berperikemanusiaan, sehingga tidak dapat ditoleransi. Namun, tidak berarti orang kaya harus dirampas hartanya. Ayat tersebut merupakan anjuran biar ketimpangan ekonomi tidak berkembang hingga melampaui batas-batas kedailan dan kewajaran. Dalam suatu masyarakat tidak boleh ada segelintir orang yang hidup bergelimang harta di saat masih banyak orang yang hidup miskin dan bahkan kelaparan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam konteks Indonesia, ketika pada Maret 2019 lalu tingkat ketimpangan di Indonesia sebesar 0,382, zakat bisa menjadi solusi untuk mengatasi besarnya tingkat ketimpangan tersebut. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Alquran surat Adz Dzaariyaat ayat 19.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: right;">
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ</div>
<br />
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang kaya harus mengembalikan hak orang miskin. Bila tidak, berarti mereka telah mengambil atau memakan sesuatu yang bukan haknya. Ayat tersebut juga menunjukkan adanya korelasi antara kemiskinan dengan harta yang dimiliki orang kaya. Dengan demikian, terlihat jelas korelasi antara kedua grafik di awal. Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbesar di ASEAN. Sementara, separuh kekayaan penduduk Indonesia hanya dikuasai satu persennya saja. Dalam harta orang-orang kaya tersebut terdapat hak orang-orang miskin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<h2>
Potensi Belum Tergali</h2>
</div>
<div style="text-align: center;">
<iframe allow="accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="338" src="https://www.youtube.com/embed/4NbnY4QyJOs" width="600"></iframe></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketua Badan Amil Zakat Nasional Bambang Sudibyo, seperti dilansir CNBC Indonesia, mengungkapkan bahwa sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, potensi zakat Indonesia tahun 2018 sebesar Rp232 triliun atau 1,57% PDB. Potensi tersebut dihitung dari 209 juta umat Islam di tanah air. Tahun lalu, zakat yang berhasil dikumpulkan baru mencapai Rp8,1 triliun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejatinya, kesenjangan pendapatan yang signifikan saat ini dapat dikurangi dengan mengoptimalkan pemungutan dan pengalokasian dana zakat. Pemungutan zakat efektik untuk mengurangi atau menghapuskan pemubadziran atau harta tersimpan dalam suatu masyarakat. Berbeda dengan pajak yang dikenakan atas penghasilan (pajak penghasilan), zakat dikenakan atas harta yang disimpan, ditabung, atau diinvestasikan (zakat mal). Zakat dapat menggerakkan sumber-sumber kekayaan yang tersimpan untuk tujuan yang lebih produktif. Zakat untuk pengentasan kemiskinan mewujudkan keadilan sosial. Itulah ideologi Islam. Itu pulalah ideologi bangsa kita: Pancasila.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="box blue">
<b>Referensi Buku</b><br />
Iqbal, Muhaimin. 2013. <i>Sharia Economics 2.0 Ekonomi Syariah Untuk Kita</i>. Jakarta: Republika.<br />
Rahman, Afzalur. 1996. <i>Doktrin Ekonomi Islam Jilid 3</i>. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="box yellow">
<b>Referensi Daring</b><br />
CNBC Indonesia: <a href="https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20190531145713-31-76173/potensi-zakat-tanah-air-rp-323-triliun" target="_blank"><i>Potensi Zakat Tanah Air Rp 323 Triliun</i></a>.<br />
Faisalbasri.com: <a href="https://faisalbasri.com/2019/10/06/oligarki-ketimpangan-dan-korupsi/" target="_blank"><i>Oligarki, Ketimpangan, dan Korupsi</i></a>.<br />
Katadata: <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/26/ekonomi-indonesia-terbesar-di-kawasan-asean" target="_blank"><i>Ekonomi Indonesia Terbesar di Kawasan ASEAN</i></a>.<br />
Katadata: <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/10/30/1-orang-terkaya-indonesia-menguasai-46-kekayaan-penduduk" target="_blank"><i>1% Orang Terkaya Indonesia Menguasai 46% Kekayaan Penduduk</i></a>.<br />
NU Online: <a href="https://islam.nu.or.id/post/read/81566/tiga-makna-hadits-kemiskinan-dekat-kepada-kekufuran" target="_blank"><i>Tiga Makna Hadits ‘Kemiskinan Dekat kepada Kekufuran’</i></a>.</div>
Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-51830986757064393182019-09-29T23:45:00.001+07:002020-06-25T07:54:41.256+07:00Jago Literasi Sedari Usia Dini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/--fa11Sr7Goo/XZBun6Lz3zI/AAAAAAAAJ5c/Pps8eA2cl0kFUQxt97vMDehK6JEfh2agACLcBGAsYHQ/s1600/Sahabat%2BKeluarga%2B-%2BJago%2BLiterasi%2BSedari%2BUsia%2BDini%2B%25281%2529.jpg" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/--fa11Sr7Goo/XZBun6Lz3zI/AAAAAAAAJ5c/Pps8eA2cl0kFUQxt97vMDehK6JEfh2agACLcBGAsYHQ/s1600/Sahabat%2BKeluarga%2B-%2BJago%2BLiterasi%2BSedari%2BUsia%2BDini%2B%25281%2529.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada 2012 silam, UNESCO melansir data yang menujukkan bahwa indeks minat baca orang Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dari setiap seribu orang Indonesia hanya ada satu orang yang memiliki minat baca. Kepala Editor Trans Media Titin Rosmasari, sebagaimana dilansir <a href="https://tirto.id/literasi-rendah-sebabkan-masyarakat-mudah-percaya-hoax-cnQa" target="_blank">tirto.id</a>, mengungkapkan bahwa rendahnya budaya literasi Indonesia menjadi salah satu faktor masyarakat mempercayai hoaks atau berita palsu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Bahasa Latin, literasi disebut sebagai <i><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi" target="_blank">literatus</a></i>, artinya orang yang belajar. UNESCO menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan tersebut diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh, dan bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nila-nilai budaya, serta pengalaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-7xRVT2MNCbA/XZCYGfDcZZI/AAAAAAAAJ5o/VCNnk09f9gYe5znOiHYkupSqulBkUIfggCLcBGAsYHQ/s1600/Sahabat%2BKeluarga%2B-%2BJago%2BLiterasi%2BSedari%2BUsia%2BDini%2B%25282%2529.png" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-7xRVT2MNCbA/XZCYGfDcZZI/AAAAAAAAJ5o/VCNnk09f9gYe5znOiHYkupSqulBkUIfggCLcBGAsYHQ/s1600/Sahabat%2BKeluarga%2B-%2BJago%2BLiterasi%2BSedari%2BUsia%2BDini%2B%25282%2529.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengelompokkan ragam literasi keluarga ke dalam enam gugus. Salah satunya adalah gugus literasi baca tulis. Satu keluarga dikatakan melek literasi baca tulis ketika keluarga tersebut memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan mengolah informasi saat membaca dan menulis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika 2015 Jagoan lahir, kami berupaya menstimulasi semua aspek perkembangan sesuai dengan usianya. Begitu pun dengan perkembangan kemampuan literasi baca tulisnya. Literasi baca tulis memiliki dua sifat: reseptif dan produktif. Reseptif atau penerimaan bahasa berkaitan dengan keterampilan membaca. Sementara, produktif berkaitan dengan keterampilan menulis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kegiatan menumbuhkan minat literasi baca tulis dapat distimulasi sedini mungkin. Kami memulainya dengan merangsang kemampuan baca Jagoan. Ketika kemampuan baca distimulasi sesuai dengan usia perkembangannya, proses tersebut akan jadi lebih asyik dan bermakna, bukan malah menjadi momok dan menghambat perkembangannya. Berikut ini tahap-tahap pembelajaran literasi yang kami rancang untuk merangsang dan mengoptimalisasi kemampuan baca Jagoan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<h2>
Pembelajaran 1: Mencintai Buku</h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Rddj9ecez4o/XZGDMOXt6kI/AAAAAAAAJ6Q/2vqgEXWTOeIDQj1_3takLMOGQLWt5j0AgCLcBGAsYHQ/s1600/Sahabat%2BKeluarga%2B-%2BJago%2BLiterasi%2BSedari%2BUsia%2BDini%2B%25283%2529.png" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-Rddj9ecez4o/XZGDMOXt6kI/AAAAAAAAJ6Q/2vqgEXWTOeIDQj1_3takLMOGQLWt5j0AgCLcBGAsYHQ/s1600/Sahabat%2BKeluarga%2B-%2BJago%2BLiterasi%2BSedari%2BUsia%2BDini%2B%25283%2529.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami mulai dengan mengajak Jagoan untuk lebih dulu mengenal dan mencintai buku. Kami menjadikan buku sebagai sahabat keluarga. Pengenalan buku pada anak usia dini haruslah menyenangkan dan menantang. Rentang konsentrasi yang pendek dan pesatnya perkembangan motorik kasar cenderung membuat anak mudah teralihkan. Pengenalan buku pada anak usia dini, karena itu, mesti dimulai dengan buku-buku yang mengajak anak untuk beraktivitas. Kami berusaha selektif memilih buku sesuai usia Jagoan. Semakin dini usianya, semakin sederhana gambar dan teks pada buku yang kita pilih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari, Jagoan pernah menemukan buku biologi yang penuh dengan gambar organ tubuh manusia. Ia sangat tertarik dengan buku itu. Kami pun menemukan satu buku <i>pop up</i> organ tubuh masusia dari <i>market place</i>. Jagoan senang sekali membaca buku itu. Saban bangun tidur ia buka-buka dan ia mainkan setiap halamannya. Pada akhirnya, ia hapal organ dalam tubuh manusia. Jagoan juga hapal bagaimana alur makanan masuk ke dalam tubuh hingga menjadi feses lalu dibuang melalui anus. Padahal, saat itu ia belum bisa baca. Jangankan baca, huruf saja ia belum mengenalnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bila orangtua menumbuhkan minat literasi sejak dini, minat tersebut cenderung ke arah kesukaan. Anak tidak boleh merasa dipaksa ketika mulai belajar baca. Anak harus memiliki rasa ingin tahu terhadap buku yang sedang ia baca. Karena rasa ingin tahunya yang tinggi, Jagoan pernah menangis karena belum bisa membaca buku yang ia sukai. Padahal, sat itu usianya belum lama genap tiga tahun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<h2>
Pembelajaran 2: Mendengarkan Buku</h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-tZDnwWps9FU/XZDQFSpR68I/AAAAAAAAJ58/O7xhSZwljTMw6y526uTihRN8AYNeWD3XwCLcBGAsYHQ/s1600/Sahabat%2BKeluarga%2B-%2BJago%2BLiterasi%2BSedari%2BUsia%2BDini%2B%25284%2529.jpg" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-tZDnwWps9FU/XZDQFSpR68I/AAAAAAAAJ58/O7xhSZwljTMw6y526uTihRN8AYNeWD3XwCLcBGAsYHQ/s1600/Sahabat%2BKeluarga%2B-%2BJago%2BLiterasi%2BSedari%2BUsia%2BDini%2B%25284%2529.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu saja, anak mendengarkan buku melalui orangtua atau anggota keluarga lain yang membacakan buku untuknya. Membacakan buku haruslah dengan cara yang menarik dan sesuai usianya. Cara membacakan buku untuk anak usia dua tahun haruslah berbeda dengan dengan cara membacakan buku anak usia lima tahun. Yang paling penting, hindari membacakan buku sama persis dengan tulisannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk anak usia prasekolah, sebaiknya orangtua membaca terlebih dahulu. Kemudian ceritakan sesuai gambar dan ceritanya dengan versi sederhana. Setiap membacakan buku, perhatikan anak kita, tertarik atau bosan. Jangan berasumsi bahwa anak selalu menyukai cerita yang kita bacakan. Jika anak bergerak, jangan paksakan untuk tetap duduk dan diam, biarkan ia bergerak terlebih dulu. Konsentrasi anak prasekolah masih terbatas. Bung dan Nona bisa berhenti membacakan cerita selama anak bergerak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang pakar pendidikan anak usia dini, Beverly Otto, menyakini bahwa pengamatan anak terhadap bahasa tulis mungkin dimulai sejak bayi atau batita. Hal ini ditunjukkan ketika batita bisa fokus ketika ada orangtua atau saudara yang membacakan buku cerita untuknya. Bahkan, seiring dengan perkembangan usianya, ia akan mempraktikkan kegiatan membaca mengikuti ingatannya sewaktu ada orangtua atau saudara membacakan cerita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<h3>
Pembelajaran 3: Mengenal Huruf</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-12mwUbfxkVE/XZDQU-eWN7I/AAAAAAAAJ6A/yiYXmdWMWXky-aX4o2LW4VZO3B4FAedpACLcBGAsYHQ/s1600/Sahabat%2BKeluarga%2B-%2BJago%2BLiterasi%2BSedari%2BUsia%2BDini%2B%25285%2529.jpg" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-12mwUbfxkVE/XZDQU-eWN7I/AAAAAAAAJ6A/yiYXmdWMWXky-aX4o2LW4VZO3B4FAedpACLcBGAsYHQ/s1600/Sahabat%2BKeluarga%2B-%2BJago%2BLiterasi%2BSedari%2BUsia%2BDini%2B%25285%2529.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu cara agar anak tertarik mengenal huruf adalah dengan mempermudah akses anak pada media keaksaraan di lingkungan rumahnya, sehingga tanpa disadari ia akan terbiasa melihat huruf. Anak tidak selalu harus duduk belajar mengenal huruf, seperti menempelkan huruf-huruf dengan berbagai bentuk, ukuran, dan warna di dinding atau di mainannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perlu ditekankan bahwa anak prasekolah akan lebih banyak menerima manfaat jika minat literasinya dikembangkan daripada hanya belajar mengenal huruf. Pada beberapa kejadian, orangtua cenderung mengenalkan dan mengajarkan huruf hingga membaca kalimat, tetapi minimal dalam mengembangkan minat literasinya. Bahkan, kegiatan literasi di rumah sebagai stimulasi untuk anak sering terlewatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<iframe allow="accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="338" src="https://www.youtube.com/embed/ujj98GmpQpc" width="600"></iframe></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jagoan bersekolah di taman kanak-kanak Islam. Di sekolah, Jagoan baru diajarkan huruf hijaiyah. Jagoan mengenal huruf alfabet sebatas huruf-huruf yang membentuk namanya. Jika ada barang yang dinamai dengan namanya, Jagoan akan mengenalinya. Supaya tidak membingungkan Jagoan, kami pun di rumah belum mengenalkannya pada huruf alfabet yang lain, selain lima huruf yang membentuk namanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akan tetapi, bila anak Bung dan Nona bersekolah di taman kanak-kanak umum, tidak ada salahnya mulai mengenalkan huruf alfabet kepada anak. Mengenal huruf adalah kemampuan prasyarat dalam membaca, sehingga manfaat mengenalkan huruf pada anak di usia prasekolah, baik di rumah atau di taman kanak-kanak, dapat menjadi dasar dalam belajar membaca. Selain itu, mengenalkan huruf pada anak di usia prasekolah juga dapat membantu anak pada pelajaran membaca yang akan diterimanya secara formal di sekolah dasar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah tiga tahap pembelajaran sederhana yang kami terapkan untuk menstimulasi perkembangan literasi Jagoan supaya jago literasi sedari usia dini. Keluarga sebagai lingkungan pertama anak merupakan faktor yang paling mempengaruhi minat literasi, entah di keluarga ada kegiatan literasi atau tidak, entah kegiatan itu menyenangkan atau tidak. Apalagi, orangtua adalah panutan, termasuk menjadi panutan dalam membudayakan literasi.</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-58840026316664508662019-09-19T17:29:00.000+07:002019-09-20T16:52:09.434+07:00Kurir Bike<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-MbcRj30cqrc/XYNWaYDCVdI/AAAAAAAAJ40/COHPzBadLiEpZwoiuwbXlop_2YN4y_bKQCLcBGAsYHQ/s1600/Kurir%2BBike.jpg" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-MbcRj30cqrc/XYNWaYDCVdI/AAAAAAAAJ40/COHPzBadLiEpZwoiuwbXlop_2YN4y_bKQCLcBGAsYHQ/s1600/Kurir%2BBike.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu diminta membuat aplikasi kurir sepeda untuk properti pembuatan film, di kepala saya nama yang langsung muncul ialah Kurir Bike. Saya kemudian mendirikan PT Karya Anak Jaksel untuk menaunginya. Tentulah itu bukan aplikasi betulan. Saya hanya membuat video maket menggunakan aplikasi PowerPoint. Mau bagaimana lagi, isi kepala saya sudah terlanjur Microsoft <i>minded</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam waktu yang sangat mepet, jadilah film Kutunggu Bungamu. Film Pendek ini diikutkan dalam ajang Festival Film Pendek Antikorupsi DJA 2019. Hanya sedikit kontribusi saya dalam pembuatan film ini. Selain membuat maket, sekali saya ikut memanggul kaki tiga kamera. Selebihnya teman-teman saya yang luar biasa kreatif, yang dalam waktu singkat di tengah kesibukan yang mendera, yang mengerjakan dan merampungkan film ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Okelah, tanpa basa-basi panjang-lebar kiri-kanan mari Bung dan Nona kita tonton KUTUNGGU BUNGAMUUU!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<iframe allow="accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="338" src="https://www.youtube.com/embed/kCpKtQKQJEo" width="600"></iframe></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jikalau Bung dan Nona suka dengan film ini jangan ragu untuk meberikan jempol ke atas langsung di laman atau aplikasi YouTube. Sila klik tautan <a href="https://youtu.be/kCpKtQKQJEo">https://youtu.be/kCpKtQKQJEo</a>. Jempol Bung dan Nona teramat berarti demi terpilihnya Kutunggu Bungamu sebagai film favorit dalam FFPAK DJA 2019.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekali lagi, terima kasih atas dukungan jempol Bung dan Nona. Sampai nonton kemudian!</div>
Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-18408614584980894012019-09-18T17:15:00.000+07:002019-09-20T07:59:21.504+07:00Kopi Cadangan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/--k5pmdnkXBE/XYIBixX2lGI/AAAAAAAAJ4o/INmFw4xHANU47WxkrmWtzZgsIMq1l6cdgCLcBGAsYHQ/s1600/IMG_20190915_121542.jpg" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/--k5pmdnkXBE/XYIBixX2lGI/AAAAAAAAJ4o/INmFw4xHANU47WxkrmWtzZgsIMq1l6cdgCLcBGAsYHQ/s1600/IMG_20190915_121542.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Warung kopi banyak berjejeran di saban jalan di Jagakarsa. Anak Jaksel bisa minum aneka kopi dengan mudah, tanpa harus bisa menyeduh kopi, tanpa harus ke warung kopi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalaulah mau berjalan sebentar keluar rumah dan <i>nongkrong</i> di warung kopi, konsep warung kopi pun beragam. Ada warung kopi tradisional, yang juga jual bubur kacang. Ada warung kopi yang ada musiknya, entah sekadar alunan musik dari mp3 bajakan atau musik yang langsung dihidangkan musisinya. Ada warung kopi berpendingin udara dengan konsumen necis nan wangi. Ada pula warung kopi yang bebas merokok, yang kalau keluar dari situ baju kita langsung bau asap rokok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<iframe allow="accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/1MYNiNtZvHw" width="560"></iframe></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beromong-omong, judul postingan ini saya replikasi dari judul lagu Jason Ranti bareng Danilla Riyadi di album Sekilas Info, ialah Iman Cadangan. Video lirik resmi Iman Cadangan direkam di Gudskul Ekosistem, Jalan Durian Raya Nomor 30, Jagakarsa. Ada banyak elemen di Gudskul Ekosistem: seniman, kurator, penulis seni rupa, manajer, peneliti, musisi, sutradara, arsitek, tukang masak, penata artistik, desainer, perancang busana, <i>street artist</i>, serta individu-individu dengan keahlian lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Gudskul ada warung kopi yang dinamai Kuluk Kuluk. Kata yang punya warung, Kuluk Kuluk adalah sebutan—dari orang di belahan bumi lain—buat suara air mendidih. Kalau orang Sunda bilang <i>saheng</i>. Sebetulnya di Gudskul tidak hanya ada Kuluk Kuluk. Ada satu lagi warung kopi. Warung kopi itu pula yang halamannya jadi lokasi Jeje Boy duet dengan Cici Danilla di video klip tadi. Tapi, namanya juga kopi cadangan, letaknya harus di pinggir lapangan. Kuluk Kuluk maujud di Pokrameame Studio, lantai dua Gudskul.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam permainan sepak bola, seorang pemain ditaruh di bangku cadangan bisa karena beberapa alasan. Salah satunya karena ia pemain pendatang baru dan pelatih belum mengetahui kelebihannya. Sebagai permulaan bolehlah Kuluk Kuluk dijadikan kopi cadangan. Siapa tahu Bung dan Nona sedang bosan dengan kopi yang itu-itu saja. Barang kali kelak kopi cadangan bisa masuk barisan tim inti kopi andalan Bung dan Nona. Kenapa tidak? Dengan harga yang lebih membumi. Dengan rasa yang—bisa jadi—lebih melangit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<center>
<blockquote class="instagram-media" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-permalink="https://www.instagram.com/p/Bv6uTL9gHwM/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" data-instgrm-version="12" style="background: #fff; border-radius: 3px; border: 0; box-shadow: 0 0 1px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.5) , 0 1px 10px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.15); margin: 1px; max-width: 540px; min-width: 326px; padding: 0; width: 99.375%;">
<div style="padding: 16px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/Bv6uTL9gHwM/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="background: #FFFFFF; line-height: 0; padding: 0 0; text-align: center; text-decoration: none; width: 100%;" target="_blank"> </a><br />
<div style="align-items: center; display: flex; flex-direction: row;">
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 40px; margin-right: 14px; width: 40px;">
</div>
<div style="display: flex; flex-direction: column; flex-grow: 1; justify-content: center;">
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; margin-bottom: 6px; width: 100px;">
</div>
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; width: 60px;">
</div>
</div>
</div>
<div style="padding: 19% 0;">
</div>
<div style="display: block; height: 50px; margin: 0 auto 12px; width: 50px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/Bv6uTL9gHwM/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="background: #FFFFFF; line-height: 0; padding: 0 0; text-align: center; text-decoration: none; width: 100%;" target="_blank"><svg height="50px" version="1.1" viewbox="0 0 60 60" width="50px" xmlns:xlink="https://www.w3.org/1999/xlink" xmlns="https://www.w3.org/2000/svg"><g fill-rule="evenodd" fill="none" stroke-width="1" stroke="none"><g fill="#000000" transform="translate(-511.000000, -20.000000)"><g><path d="M556.869,30.41 C554.814,30.41 553.148,32.076 553.148,34.131 C553.148,36.186 554.814,37.852 556.869,37.852 C558.924,37.852 560.59,36.186 560.59,34.131 C560.59,32.076 558.924,30.41 556.869,30.41 M541,60.657 C535.114,60.657 530.342,55.887 530.342,50 C530.342,44.114 535.114,39.342 541,39.342 C546.887,39.342 551.658,44.114 551.658,50 C551.658,55.887 546.887,60.657 541,60.657 M541,33.886 C532.1,33.886 524.886,41.1 524.886,50 C524.886,58.899 532.1,66.113 541,66.113 C549.9,66.113 557.115,58.899 557.115,50 C557.115,41.1 549.9,33.886 541,33.886 M565.378,62.101 C565.244,65.022 564.756,66.606 564.346,67.663 C563.803,69.06 563.154,70.057 562.106,71.106 C561.058,72.155 560.06,72.803 558.662,73.347 C557.607,73.757 556.021,74.244 553.102,74.378 C549.944,74.521 548.997,74.552 541,74.552 C533.003,74.552 532.056,74.521 528.898,74.378 C525.979,74.244 524.393,73.757 523.338,73.347 C521.94,72.803 520.942,72.155 519.894,71.106 C518.846,70.057 518.197,69.06 517.654,67.663 C517.244,66.606 516.755,65.022 516.623,62.101 C516.479,58.943 516.448,57.996 516.448,50 C516.448,42.003 516.479,41.056 516.623,37.899 C516.755,34.978 517.244,33.391 517.654,32.338 C518.197,30.938 518.846,29.942 519.894,28.894 C520.942,27.846 521.94,27.196 523.338,26.654 C524.393,26.244 525.979,25.756 528.898,25.623 C532.057,25.479 533.004,25.448 541,25.448 C548.997,25.448 549.943,25.479 553.102,25.623 C556.021,25.756 557.607,26.244 558.662,26.654 C560.06,27.196 561.058,27.846 562.106,28.894 C563.154,29.942 563.803,30.938 564.346,32.338 C564.756,33.391 565.244,34.978 565.378,37.899 C565.522,41.056 565.552,42.003 565.552,50 C565.552,57.996 565.522,58.943 565.378,62.101 M570.82,37.631 C570.674,34.438 570.167,32.258 569.425,30.349 C568.659,28.377 567.633,26.702 565.965,25.035 C564.297,23.368 562.623,22.342 560.652,21.575 C558.743,20.834 556.562,20.326 553.369,20.18 C550.169,20.033 549.148,20 541,20 C532.853,20 531.831,20.033 528.631,20.18 C525.438,20.326 523.257,20.834 521.349,21.575 C519.376,22.342 517.703,23.368 516.035,25.035 C514.368,26.702 513.342,28.377 512.574,30.349 C511.834,32.258 511.326,34.438 511.181,37.631 C511.035,40.831 511,41.851 511,50 C511,58.147 511.035,59.17 511.181,62.369 C511.326,65.562 511.834,67.743 512.574,69.651 C513.342,71.625 514.368,73.296 516.035,74.965 C517.703,76.634 519.376,77.658 521.349,78.425 C523.257,79.167 525.438,79.673 528.631,79.82 C531.831,79.965 532.853,80.001 541,80.001 C549.148,80.001 550.169,79.965 553.369,79.82 C556.562,79.673 558.743,79.167 560.652,78.425 C562.623,77.658 564.297,76.634 565.965,74.965 C567.633,73.296 568.659,71.625 569.425,69.651 C570.167,67.743 570.674,65.562 570.82,62.369 C570.966,59.17 571,58.147 571,50 C571,41.851 570.966,40.831 570.82,37.631"></path></g></g></g></svg></a></div>
<div style="padding-top: 8px;">
<div style="color: #3897f0; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: 550; line-height: 18px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/Bv6uTL9gHwM/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="background: #FFFFFF; line-height: 0; padding: 0 0; text-align: center; text-decoration: none; width: 100%;" target="_blank">View this post on Instagram</a></div>
</div>
<div style="padding: 12.5% 0;">
</div>
<div style="align-items: center; display: flex; flex-direction: row; margin-bottom: 14px;">
<div>
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; height: 12.5px; transform: translatex(0px) translatey(7px); width: 12.5px;">
</div>
<div style="background-color: #f4f4f4; height: 12.5px; margin-left: 2px; margin-right: 14px; transform: rotate(-45deg) translatex(3px) translatey(1px); width: 12.5px;">
</div>
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; height: 12.5px; transform: translatex(9px) translatey(-18px); width: 12.5px;">
</div>
</div>
<div style="margin-left: 8px;">
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 20px; width: 20px;">
</div>
<div style="border-bottom: 2px solid transparent; border-left: 6px solid #f4f4f4; border-top: 2px solid transparent; height: 0; transform: translatex(16px) translatey(-4px) rotate(30deg); width: 0;">
</div>
</div>
<div style="margin-left: auto;">
<div style="border-right: 8px solid transparent; border-top: 8px solid #f4f4f4; transform: translatey(16px); width: 0px;">
</div>
<div style="background-color: #f4f4f4; height: 12px; transform: translatey(-4px); width: 16px;">
</div>
<div style="border-left: 8px solid transparent; border-top: 8px solid #f4f4f4; height: 0; transform: translatey(-4px) translatex(8px); width: 0;">
</div>
</div>
</div>
<br />
<div style="margin: 8px 0 0 0; padding: 0 4px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/Bv6uTL9gHwM/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="color: black; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; text-decoration: none; word-wrap: break-word;" target="_blank">Malem minggu, gak bisa nonton di bioskop bareng sama pacar (kaya nyonye dan tuan di gedongan), enaknya netplik n chill di rumah sambil ditemenin caramel machiato #kulukkuluk dan popcorn dengan kearifan lokal. #netflixandchill</a></div>
<div style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0 7px; text-align: center; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;">
A post shared by <a href="https://www.instagram.com/kulukkuluk.id/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px;" target="_blank"> kuluk kuluk</a> (@kulukkuluk.id) on <time datetime="2019-04-06T14:32:18+00:00" style="font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px;">Apr 6, 2019 at 7:32am PDT</time></div>
</div>
</blockquote>
<script async="" src="//www.instagram.com/embed.js"></script><br />
</center>
</div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kuluk Kuluk bisa dipesan lewat GoFood. Klik <a href="https://gofood.link/u/D44mA">https://gofood.link/u/D44mA</a> buat pesan langsung di aplikasi GoJek. Idola saya Es Kopi Susu Ula Alen. Juragan Kuluk Kuluk juga kalau buat teman kantor bawanya itu. Kalau kamu, apa kopi idolamu?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oh, ini bukan postingan berbayar. Tabik.</div>
Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-5250351912129351972019-09-17T16:53:00.000+07:002019-09-17T17:10:13.537+07:00Ekskul Tari X Asri Welas<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-IQNmNQqySQ0/XYCYJtScfrI/AAAAAAAAJ4c/s61afGodf6wtxThpE8wbx5asYvDvMHTlgCLcBGAsYHQ/s1600/Ekskul%2BTari%2BX%2BAsri%2BWelas.jpg" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-IQNmNQqySQ0/XYCYJtScfrI/AAAAAAAAJ4c/s61afGodf6wtxThpE8wbx5asYvDvMHTlgCLcBGAsYHQ/s1600/Ekskul%2BTari%2BX%2BAsri%2BWelas.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai seorang bapak kepala sekolah, salah satu deskripsi pekerjaan yang saya pikul adalah mendampingi ibu kepala sekolah. Entah itu kegiatan di dalam sekolah, seperti kemah Pramuka. Entah itu kegiatan di luar sekolah, seperti pementasan dan lomba-lomba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Festival Ikut Bekerja 2017 misalnya, saya ikut mengasuh anak-anak SDI Al Azhar Syuhada yang akan turut memeriahkan festival dengan menampilkan tarian, musik, dan bela dir pencak silat. Ketika itu SDI Al Azhar Syuhada menjadi satu-satunya sekolah yang menjadi pengisi acara. Tentu saja hal itu diluar tugas saya sebagai sukarelawan dalam festival tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhir pekan kemarin, anak-anak ekstrakurikuler tari ikut pementasan bertajuk The 1st Bogor Art & Crafts di Botani Square. Kami, besama Jagoan, pun turut hadir. Kami berangkat menggunakan KRL. Sudah lama Jagoan tidak naik KRL. Sudah lama juga kami tidak main-main ke Bogor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mulai tahun ajaran 2019/2020 ini, ekstrakurikuler tari berkolaborasi dengan Sanggar Asri Welas. Dengan begitu, anak-anak ekstrakurikuler tari menjadi bagian dari Sanggar Asri Welas. Mereka pun berkesempatan untuk ikut pementasan bersama dengan anak-anak Sanggar Asri Welas Lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<center>
<blockquote class="instagram-media" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-permalink="https://www.instagram.com/p/B2BmrSZBkDM/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" data-instgrm-version="12" style="background: #fff; border-radius: 3px; border: 0; box-shadow: 0 0 1px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.5) , 0 1px 10px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.15); margin: 1px; max-width: 540px; min-width: 326px; padding: 0; width: 99.375%;">
<div style="padding: 16px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/B2BmrSZBkDM/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="background: #FFFFFF; line-height: 0; padding: 0 0; text-align: center; text-decoration: none; width: 100%;" target="_blank"> </a><br />
<div style="align-items: center; display: flex; flex-direction: row;">
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 40px; margin-right: 14px; width: 40px;">
</div>
<div style="display: flex; flex-direction: column; flex-grow: 1; justify-content: center;">
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; margin-bottom: 6px; width: 100px;">
</div>
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; width: 60px;">
</div>
</div>
</div>
<div style="padding: 19% 0;">
</div>
<div style="display: block; height: 50px; margin: 0 auto 12px; width: 50px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/B2BmrSZBkDM/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="background: #FFFFFF; line-height: 0; padding: 0 0; text-align: center; text-decoration: none; width: 100%;" target="_blank"><svg height="50px" version="1.1" viewbox="0 0 60 60" width="50px" xmlns:xlink="https://www.w3.org/1999/xlink" xmlns="https://www.w3.org/2000/svg"><g fill-rule="evenodd" fill="none" stroke-width="1" stroke="none"><g fill="#000000" transform="translate(-511.000000, -20.000000)"><g><path d="M556.869,30.41 C554.814,30.41 553.148,32.076 553.148,34.131 C553.148,36.186 554.814,37.852 556.869,37.852 C558.924,37.852 560.59,36.186 560.59,34.131 C560.59,32.076 558.924,30.41 556.869,30.41 M541,60.657 C535.114,60.657 530.342,55.887 530.342,50 C530.342,44.114 535.114,39.342 541,39.342 C546.887,39.342 551.658,44.114 551.658,50 C551.658,55.887 546.887,60.657 541,60.657 M541,33.886 C532.1,33.886 524.886,41.1 524.886,50 C524.886,58.899 532.1,66.113 541,66.113 C549.9,66.113 557.115,58.899 557.115,50 C557.115,41.1 549.9,33.886 541,33.886 M565.378,62.101 C565.244,65.022 564.756,66.606 564.346,67.663 C563.803,69.06 563.154,70.057 562.106,71.106 C561.058,72.155 560.06,72.803 558.662,73.347 C557.607,73.757 556.021,74.244 553.102,74.378 C549.944,74.521 548.997,74.552 541,74.552 C533.003,74.552 532.056,74.521 528.898,74.378 C525.979,74.244 524.393,73.757 523.338,73.347 C521.94,72.803 520.942,72.155 519.894,71.106 C518.846,70.057 518.197,69.06 517.654,67.663 C517.244,66.606 516.755,65.022 516.623,62.101 C516.479,58.943 516.448,57.996 516.448,50 C516.448,42.003 516.479,41.056 516.623,37.899 C516.755,34.978 517.244,33.391 517.654,32.338 C518.197,30.938 518.846,29.942 519.894,28.894 C520.942,27.846 521.94,27.196 523.338,26.654 C524.393,26.244 525.979,25.756 528.898,25.623 C532.057,25.479 533.004,25.448 541,25.448 C548.997,25.448 549.943,25.479 553.102,25.623 C556.021,25.756 557.607,26.244 558.662,26.654 C560.06,27.196 561.058,27.846 562.106,28.894 C563.154,29.942 563.803,30.938 564.346,32.338 C564.756,33.391 565.244,34.978 565.378,37.899 C565.522,41.056 565.552,42.003 565.552,50 C565.552,57.996 565.522,58.943 565.378,62.101 M570.82,37.631 C570.674,34.438 570.167,32.258 569.425,30.349 C568.659,28.377 567.633,26.702 565.965,25.035 C564.297,23.368 562.623,22.342 560.652,21.575 C558.743,20.834 556.562,20.326 553.369,20.18 C550.169,20.033 549.148,20 541,20 C532.853,20 531.831,20.033 528.631,20.18 C525.438,20.326 523.257,20.834 521.349,21.575 C519.376,22.342 517.703,23.368 516.035,25.035 C514.368,26.702 513.342,28.377 512.574,30.349 C511.834,32.258 511.326,34.438 511.181,37.631 C511.035,40.831 511,41.851 511,50 C511,58.147 511.035,59.17 511.181,62.369 C511.326,65.562 511.834,67.743 512.574,69.651 C513.342,71.625 514.368,73.296 516.035,74.965 C517.703,76.634 519.376,77.658 521.349,78.425 C523.257,79.167 525.438,79.673 528.631,79.82 C531.831,79.965 532.853,80.001 541,80.001 C549.148,80.001 550.169,79.965 553.369,79.82 C556.562,79.673 558.743,79.167 560.652,78.425 C562.623,77.658 564.297,76.634 565.965,74.965 C567.633,73.296 568.659,71.625 569.425,69.651 C570.167,67.743 570.674,65.562 570.82,62.369 C570.966,59.17 571,58.147 571,50 C571,41.851 570.966,40.831 570.82,37.631"></path></g></g></g></svg></a></div>
<div style="padding-top: 8px;">
<div style="color: #3897f0; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: 550; line-height: 18px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/B2BmrSZBkDM/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="background: #FFFFFF; line-height: 0; padding: 0 0; text-align: center; text-decoration: none; width: 100%;" target="_blank">View this post on Instagram</a></div>
</div>
<div style="padding: 12.5% 0;">
</div>
<div style="align-items: center; display: flex; flex-direction: row; margin-bottom: 14px;">
<div>
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; height: 12.5px; transform: translatex(0px) translatey(7px); width: 12.5px;">
</div>
<div style="background-color: #f4f4f4; height: 12.5px; margin-left: 2px; margin-right: 14px; transform: rotate(-45deg) translatex(3px) translatey(1px); width: 12.5px;">
</div>
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; height: 12.5px; transform: translatex(9px) translatey(-18px); width: 12.5px;">
</div>
</div>
<div style="margin-left: 8px;">
<div style="background-color: #f4f4f4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 20px; width: 20px;">
</div>
<div style="border-bottom: 2px solid transparent; border-left: 6px solid #f4f4f4; border-top: 2px solid transparent; height: 0; transform: translatex(16px) translatey(-4px) rotate(30deg); width: 0;">
</div>
</div>
<div style="margin-left: auto;">
<div style="border-right: 8px solid transparent; border-top: 8px solid #f4f4f4; transform: translatey(16px); width: 0px;">
</div>
<div style="background-color: #f4f4f4; height: 12px; transform: translatey(-4px); width: 16px;">
</div>
<div style="border-left: 8px solid transparent; border-top: 8px solid #f4f4f4; height: 0; transform: translatey(-4px) translatex(8px); width: 0;">
</div>
</div>
</div>
<br />
<div style="margin: 8px 0 0 0; padding: 0 4px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/B2BmrSZBkDM/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="color: black; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; text-decoration: none; word-wrap: break-word;" target="_blank">Senang sekali mengajar menari tradisional Lewat ekstrakulikuler di sekolah dan Selamat bergabung sebagai keluarga besar dari @sanggar_asriwelas untuk adik adik dari SDI Alazhar syuhada dan terima kasih atas kepercayaannya kepada kami untuk membimbing anak-anak dalam memperkenalkan budaya tradisional Indonesia lewat kelas ekstrakulikuler di sekolah, nah mereka latihan untuk pentas di bulan september bersama dengan anak anak dari @sanggar_asriwelas kelapa dua , penasaran dimana pentasnya , pantau terus IG @sanggar_asriwelas ya untuk update berikutnya , salam budaya Indonesia ☺ @sdialazharsyuhada #akuanakindonesia #akucintainsonesia</a></div>
<div style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0 7px; text-align: center; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;">
A post shared by <a href="https://www.instagram.com/asri_welas/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading" style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px;" target="_blank"> Asri “WELAS” Pramawati</a> (@asri_welas) on <time datetime="2019-09-05T09:48:44+00:00" style="font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px;">Sep 5, 2019 at 2:48am PDT</time></div>
</div>
</blockquote>
<script async="" src="//www.instagram.com/embed.js"></script><br />
</center>
</div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak selalu, tapi Asri Welas juga kerap turun tangan langsung untuk melatih anak-anak. Bahkan, pas pementasan akhir pekas kemarin, Asri Welas sendiri yang merias wajah anak-anak yang akan tampil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebentar lagi, di sekolah akan ada ekstrakurikuler baru yang tidak biasa. Ekstrakurikuler ini jarang ada di sekolah. Apa itu? Tunggu saja. Saat ini masih tahap penjajakan. Mudah-mudahan ekstrakurikuler baru ini bisa segera terbentuk. Tabik.</div>
Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3752386689637120501.post-47582544192298591582019-09-08T11:45:00.001+07:002019-09-20T14:45:23.570+07:00Laki Bicara Menstruasi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Vk1exAVDyzg/XXSAyLL_qWI/AAAAAAAAJ1k/IrHxufITTcIVxlA6IqkpmvHoShmNCU3jgCLcBGAs/s1600/Laki%2BBicara%2BMenstruasi.png"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="600" src="https://1.bp.blogspot.com/-Vk1exAVDyzg/XXSAyLL_qWI/AAAAAAAAJ1k/IrHxufITTcIVxlA6IqkpmvHoShmNCU3jgCLcBGAs/s1600/Laki%2BBicara%2BMenstruasi.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Pas baca proposal, saya kaget. Saya kira yang bikin perempuan. Ternyata laki-laki.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah komentar salah satu juri yang membaca proposal saya. Proposal itu berisi advokasi untuk melegalisasi cuti menstruasi bagi ASN Perempuan. Isi proposal saya simpel, saya cuma ingin negara mengahargai hak pekerja perempuannya. Sama dengan kebutuhan biologis lainnya, menstruasi harus mendapat perhatian. Menstruasi memang masih tabu untuk dibicarakan di area publik. Apalagi yang bicara laki-laki. Namun, selama menstruasi masih menajdi topik yang tabu, selama itu pula perempuan akan kesulitan untuk mendapatkan haknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juri pertama sempat berkomentar kalau dalam regulasi yang ada, cuti menstruasi sudah tercakup dalam cuti sakit. Masalahnya, cuti sakit tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah. Cuti sakit bukan Pegadaian, yang menyelesaikan masalah tanpa masalah. Pertama, cuti sakit harus dilampiri surat keterangan dokter. Kedua, perempuan yang mengalami dismenorea atau rasa nyeri saat menstruasi di pagi hari bisa saja kembali ceria di siang atau sore harinya. Akan sangat aneh jika ia mengajukan cuti sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya cukup kaget mendengar cerita dari juri ketiga yang ternyata menderita dismenorea sangat akut. Ia bisa sangat kesakitan, bahkan dalam rentan seminggu sebelum masa menstruasi. Ia pun bisa mengalami menstruasi hingga dua bulan. Pada akhirnya, dengan terpaksa, ia meminta izin suami untuk mengangkat rahim. Cerita-cerita seperti ini tidak akan kita dengar dan sulit untuk mendapatkan solusi bila kita masih menganggap menstruasi sebagai sesuatu yang memalukan bila sampai tembus ke ranah publik.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<style>.embed-container { position: relative; padding-bottom: 56.25%; height: 0; overflow: hidden; max-width: 100%; } .embed-container iframe, .embed-container object, .embed-container embed { position: absolute; top: 0; left: 0; width: 100%; height: 100%; }</style><br />
<div class="embed-container">
<iframe height="338" src="https://drive.google.com/file/d/1f0qk_0zubyt2V3ZnskczX5Thhdhe-zHI/preview" width="600"></iframe></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dokumen di atas adalah ringkasan materi yang saya sampaikan dalam presentasi. Kamu mungkin tidak akan sepenuhnya memahami materi yang saya sampaikan. Buat saya materi presentasi harus dibuat sesimpel-simpelnya. Buat apa kita cerita kalau orang bisa baca sendiri di layar? Materi presentasi ini saya buat di PowerPoint yang keseluruhannya menggunakan animasi. Ada beberapa bagian yang “tidak terlihat” jika cuma membaca versi PDF ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam presentasi kali ini saya juga menggunakan properti. Saya menggunakan kerikil, yang saya ambil dari taman depan kantor untuk menceritakan <i>slide</i> 2, yang intinya tidak enak menunda-nunda hajat biologis. Saya mencontohkan betapa tersiksanya ketika saya kebelet buang air besar dan harus mengantre lama. Saya pun mengantongi kerikil untuk menahannya. Kebutuhan biologis adalah kebutuhan yang tidak bisa ditunda, apalagi diwakilkan. Menstruasi termasuk salah satunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Soal kerikil, yang saya taruh di saku celana, saya keluarkan lagi di <i>slide</i> 16, ketika saya bercerita bahwa kerikil yang bisa membuat kita tersandung, bukan batu besar. Karena itu, kita jangan menganggap menstruasi sebagai masalah kecil, laiknya kerikil. Justru itu yang bisa membuat kita tersandung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tips untuk menggunakan kerikil sebagai properti, saya dapatkan dari kanal YouTube <a href="https://www.youtube.com/watch?v=bbz2boNSeL0" target="_blank">Dananjaya Hettiarachchi</a>. Selain untuk mengadvokasi cuti menstruasi bagi ASN, salah satu alasan lain saya ikut kompetisi ini adalah untuk menantang diri sendiri. Sebagai orang yang sangat-sangat <i>intovert</i>, kemampuan <i>publik speaking</i> saya payah sekali. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Presentasi saya saat mengikuti kompetisi <a href="https://www.fiscuswannabe.web.id/search/label/%2315HariCeritaEnergi?max-results=8" target="_blank">#15HariCeritaEnergi</a> memang tidak layak membuat saya menjadi juara. Makanya, kali ini saya banyak mencari ilmu di YouTube. Saya tahu presentasi kali ini juga masih jauh dari kata baik. Namun, setidaknya saya merasa kali ini saya sudah lebih baik dari presentasi saya di lomba sebelumnya. Kesalahannya, saya lupa menghitung durasi peresentasi, yang ternyata lebih dari yang dibataskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada yang bilang, <i>“When you lose, experience is the reward.“</i> Setidaknya kalau pun saya kalah, saya mendapat banyak pengalaman berharga. Saya juga mendapat ruang yang sangat luas untuk membicarakan persoalan yang menjadi salah satu perhatian saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya masih menyimpan kerikil itu di meja kerja saja, <i>lho</i>! Tabik.</div>
Abahhttp://www.blogger.com/profile/08152106641500224818noreply@blogger.com0