zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Diracun di Udara

Aku sering diancam
Juga teror mencekam
Kerap ku disingkirkan
Sampai di mana kapan?

Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan ...

Potongan lirik lagu dari Efek Rumah Kaca ini ngingetin gue kejadian tujuh tahun lalu. Saat seorang aktivis HAM tewas di atas pesawat milik maskapai penerbangan kebanggaan Indonesia. Munir atau akrab dipanggil Cak Munir adalah seorang aktivis yang sangat vokal mengeritik pemerintah khususnya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh ABRI (sekarang jadi TNI dan Polri) dan juga BIN. keberaniannya bikin banyak orang terusik. Sampe akhirnya dua minggu sebelum pemilihan presiden putaran dua pada Pemilu 2004, Munir dibunuh dengan cara diracun. Karena dari hasil otopsinya ditemukan senyawa arsenik. Munir dibunuh dalam penerbangan Jakarta – Amsterdam. Kronologis lengkapnya baca aja di http://id.wikipedia.org/wiki/munir_said_thalib. Sejak tahun 2005 tanggal kematian Munir, 7 September, pun dijadiin Hari Pembela HAM Indonesia.

Terakhir-terakhir sebelum dibunuh Munir menyoroti pelanggaran HAM yang dilakukan BIN. Diduga pembunuhannya tersebut dilakukan dalam suatu operasi intelijen. Hal ini juga diperkuat sama proses pembunuhannya yang sangat terorganisasi. Sampe-sampe Polisi pun kesulitan buat ngungkap siapa pelakunya. Tapi kemudian polisi menemukan Pollycarpus sebagai tersangka eksekutor lapangan pembunuhan Munir. Dia pun dijatuhi hukuman 14 tahun penjara.

Dari pengadilan terhadap Pollycarpus diketahui kalo dia sering telpon-telponan sama nomor yang terdaftar milik seorang agen senior di BIN, Muchdi Pr. Yang ternyata Muchdi Pr ini juga deket sama Prabowo yang kebetulan kasusnya juga diungkap sama Munir. Tapi kemudian bukti rekaman percakapan telpon tersebut hilang. Meskipun semua bukti dan saksi mengarah kepada Muchdi Pr akhirnya ia bebas dalam kasasi MA. Bebasnya Muchdi Pr yang kontroversial ini menyebabkan tiga orang hakim yang menanganinya diperiksa.

Sebenernya ga cuma Prabowo yang terkait kasus pembunuhan aktivis 1998 yang bersebrangan sama Munir. Masih banyak petinggi TNI lainnya kek misalnya Wiranto dengan kasus Timor Timur, yang merupakan operasi militer paling brutal dalam sejarah modern, dan Tri Sutrisno dengan kasus Tanjung Priok. Semua kasus itu sampe sekarang masih belum terungkap. Malah dua dari ketiga jendral  tersebut maju di pemilu presiden. Emang keknya jendal-jendral pasca kemerdekaan pada punya cerita kelam. Termasuk panglima tertinggi kita sekarang. Dulu pas mau ke Belanda dia pernah ngebatalin kan. Konon katanya itu karena di Belanda lagi ada pengadilan HAM internasional dan yang diadili nyebut-nyebut nama panglima kita itu. Belum ada kelanjutannya sih, kita tunggu aja lanjutannya.

Jaksa Agung juga nolak buat ngajuin PK atas kasus Muchdi Pr dengan karangan alasan yang bertele-tele. Padahal dalam kasus Pollycarpus aja Jaksa Agung mau ngajuin PK. Tapi kenapa untuk Muchdi Pr dia ga mau? Padahal Pollycarpus semula dihukum 14 tahun dan sempat dikurangin sampe jadi 2 tahun, karena PK yang diajuin ke MA hukumannya malah bertambah jadi 20 tahun. Tentu saja bebasnya Muchdi Pr juga bikin Pollycarpus iri. Karena cuma dia yang dihukum sementara temennya dan otak pembunuhan Munir tetap melenggang bebas.

Meskipun Pollycarpus telah dihukum 20 tahun tetap saja keadilan dicederai. Pollycarpus diberi remisi yang bertubi-tubi. 17 Agustus kemaren aja dia dapet remisi sembilan bulan lima hari. Belum lagi remisi-remisi sebelumnya. Padahal mantan ketua KPK, Antasari Azhar, aja yang menurut banyak pihak kasusnya hasil rekayasa dapet remisinya ga sampe dua bulan tuh. Seharusnya pemberian remisi ga cuma diliat dari kelakuan baik selama dipenjara. Tapi diliat juga dia kooperatif apa engganya seorang napi dalam pengungkapan kasusnya.

Karena kasus pembunuhan Munir ini ga kelar-kelar. Suciwati, isteri Munir, sampe pernah bawa kasus ini ke Sub-komisi HAM Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Walopun ga sedikit pihak yang ga setuju kasus ini di bawa ke luar. Bahkan sekarang Suciwati sedang mengajukan upaya hukum di Belanda. Karena terbunuhnya Munir terjadi di wilayah hukum Belanda. Munir juga kan diotopsinya sama Polisi Belanda. Ga cuma Suciwati yang minta bantuan ke luar negeri. Pada masa Jenderal Sutanto masih jadi Kapolri, dia sempet bilang kalo Polisi mau ngelibatin Federal Bureau of Investigation a.k.a FBI  buat bantu ngusut kasus ini. Tapi sampe sekarang hasilnya masih NIHIL.

Kasus ini udah jadi isu internasional. Pas SBY ke Eropa aja, pers ama pemerintah di sana mempertanyakan penanganan kasus Munir. Mereka ingin tahu siapa pembunuhnya. Presiden sendiri berjanji akan menuntaskan kasus tersebut. Mungkin Presiden kaget dengan perhatian internasional terhadap kasus ini. Karena itu SBY bikin Tim Pencari Fakta. Tapi hasil kerja tim tersebut ga pernah dipublikasiin ke publik.

Waktu kampanye pencalonan presiden untuk ke dua kalinya. SBY juga pernah janji bakalan nyelesein kasus ini. Tapi pada peringatan tujuh taun meninggaalnya Munir SBY malah diem seribu bahasa. Cuma Pasha Ungu Julian Pasha yang angkat bicara buat ngewakilin Presiden. Eh dia malah bilang ga relevan lagi nanyain kelanjutan kasus ini. Dia juga bilang Presiden ga berhak buat mengintervensi atau ngalang-ngalangin penyidikan kasus Munir. Lagian siapa juga yang nyuruh presiden ngalang-ngalangin ya? Kenapa juga dia malah bilang Presiden ga boleh intervensi. Kan Kapolri sama Jaksa Agung diangkatnya sama Presiden. Kalo mereka ga mau nurutin perintah Presiden yaudah ganti aja mereka.

SBY udah ngebiarin kasus pelanggaran HAM selama orde baru kek kasus Munir dan orang hilang terombang-ambing. Sementara pelanggaran HAM berat berkaitan dengan hak atas kebebasan beragama juga semakin liar. Misalnya kasus pembantaian di Cikeusik - Banten dan semakin ga adanya jaminan kebebasan hidup beragama. Kalo kasus-kasus konspirasi ini ga diselesein kedepannya bakalan ada lagi kasus-kasus kek gini. Malahan sekarang ada trend baru, kriminalisasi.

Bukannya gue pesimis ya. Tapi emang susah sih ya kalo punya Presiden penakut. Makanya kalo Pilpres 2014 nanti ga usah milih presiden yang gagah dan cakep ya. Tapi pilih presiden yang ga takut mercon. Kalo sama mercon aja takut gimana mau ngelawan komplotan pembunuh. Ampuni Bain ya Allah, semoga Indonesia bisa segera bangkit lagi. CMIIW

WASSALAM,

Poto Cak Munir nyomot dari http://www.kontras.org/.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

10 komentar

  1. Entah kenapa jadi orang jujur di negeri ini susah sekali. Kalau jujur malah diracun

    BalasHapus
  2. dia mati demi membela kebaikan...Tuhan akan memberinya t4 terbaik.

    BalasHapus
  3. @Alien Tampan: mungkin itulah resikonya jadi orang baik.

    BalasHapus
  4. @honeylizious: amiin.. semoga akan tumbuh seribu "Munir" lainnya.

    BalasHapus
  5. duh.. miris memang crita ttg pembela ham di negeri qt.
    smoga Allah memberikan t4 terbaik buatnya.

    BalasHapus
  6. serba serbi heran mikir dengan bangsa ini kenapa orang baik selalu kalah dan salah, antasari yang menurut publik benar kenapa dapat remisinya sedikit...? sedang yang jelas jelas salah malah dapat remisi banyak bahkan bebas huh capek mikirnya.

    BalasHapus
  7. @Zarnadi: istirahat dulu mikirnya biar ga capek. :D

    BalasHapus